Pada suatu malam, seorang lelaki bermimpi bahwa dia sedang berjalan menyusuri pantai dengan Tuhan.
Di langit tergambar berbagai peristiwa masa lalu hidupnya. Setiap kali dia melihat di pasir pantai, ada dua pasang jejak telapak kaki di pasir; satu pasang adalah jejak kakinya dan sepasang lainnya milik Tuhan.
Namun dia melihat bahwa kadang hanya ada satu pasang telapak kaki. Dan ketika dia mengingat-ingat, justru saat itulah saat yang paling menyedihkan dan paling sulit dalam hidupnya.
Hal ini menjengkelkannya dan dia mengeluh kepada Tuhan sambil berkata, “Tuhan, Engkau berkata kepadaku, bahwa bila aku memutuskan mengikuti-Mu, Engkau akan selalu berjalan menyertai aku. Tapi sekarang aku melihat bahwa justru pada saat-saat yang paling sulit dalam hidupku, ternyata cuma ada jejak satu pasang telapak kaki! Aku tidak mengerti mengapa engkau meninggalkan aku, justru pada saat di mana aku sangat membutuhkan-Mu.”
Tuhan menjawab, “Anakku, Aku tidak pernah meninggalkanmu pada saat-saat itu. Kamu hanya melihat jejak satu pasang kaki, karena justru pada saat-saat yang sulit itu, Aku menggendong kamu.”
***
Cerita tadi dan kisah Injil pada hari ini, mengenai “Kisah Anak yang Hilang”, merupakan gambaran yang positif tentang Tuhan. Ia adalah gembala dan seorang Bapa yang baik dan murah hati. Seorang gembala adalah seorang yang memelihara, merawat, melindungi, menjaga dan juga membimbing kawanan domba-dombanya. Dalam tradisi masyarakat peternak; hubungan antara manusia dan Tuhan, sering digambarkan dengan relasi antara domba dan gembala. Tuhan adalah gembala yang setia, yang selalu membawa kelimpahan bagi domba-dombanya. Ini adalah relasi antara pemilik dan yang dimiliki. Allah digambarkan sebagai “Bapa yang baik hati”, yang memberikan hak kepada anaknya dan memaafkan dan juga menerima kembali anaknya yang hilang. Allah mempunyai pandangan yang positif terhadap manusia hendaknya kita juga mempunyai pandangan positif terhadap Tuhan dan sesama.
Renungan Harian lainnya dapat dibaca di Sejenak Eling