Apa Hukum Yang Utama

  • infokatolik
  • Aug 17, 2024

Ada seorang kafir yang suatu hari datang ke Rabi Shammai dan berkata, “Tobatkanlah aku ke dalam agama Yahudi dengan syarat bahwa kamu bisa mengajarkan seluruh Taurat kepada saya, sampai saya mampu bertahan saat saya berdiri dengan satu kaki.” Dengan marah Rabi Shammai mengusirnya.

Kemudian orang itu pergi ke Rabi Hillel dan mengulangi permintaannya, “Tobatkanlah aku ke dalam agama Yahudi dengan syarat bahwa kamu mengajarkan seluruh Taurat kepada saya, sementara saya berdiri dengan satu kaki.”

Rabi Hillel mentobatkan orang itu dan mengajarkan sebagai berikut, “Apa yang tidak kau sukai terjadi padamu, janganlah kamu lakukan kepada sesamamu. Inilah seluruh Taurat. Sisanya adalah tafsirannya.”

***

Lalu seorang ahli Taurat, yang mendengar Yesus dan orang-orang Saduki bersoal jawab dan tahu, bahwa Yesus memberi jawab yang tepat kepada orang-orang itu, datang kepada-Nya dan bertanya: “Hukum manakah yang paling utama?” Jawab Yesus: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.” Lalu kata ahliTaurat itu kepada Yesus: “Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan.”

Kutipan dari kisah Injil Markus 12:28-33 diatas merupakan sebuah kisah tanya jawab antara orang-orang Yahudi kepada Yesus, yang bertujuan mencobai Dia.

Kata pertama dari jawaban Yesus terhadap pertanyaan ahli Taurat itu adalah “DENGARKANLAH.” Tuhan Yesus mengajak para hadirin yang hadir disitu pada waktu itu untuk mendengarkan kembali hukum Tuhan yang telah mereka terima. Yesus yang memahami niat dan cara berpikir orang-orang Yahudi, memberikan jawaban yang tidak keluar dari konteks kehidupan orang Israel.

Hukum itu adalah HUKUM KASIH. Orang Israel pun diajak untuk kembali mendengarkan apa yang nenek moyang mereka ajarkan kepada mereka turun-temurun dimana hukum itu diterima langsung dari Allah.

Hukum itu merupakan bukti hubungan yang erat umat Israel dengan Allah. Hanya Allah yang personal seperti itulah yang mereka imani. Umat Israel harus mendengarkan kembali cerita bagaimana Allah nenek moyang mereka membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir. Sikap mengingat kembali, mendengarkan kembali hal-hal besar yang dilakukan Allah terhadap umat manusia itulah yang sepatutnya kita miliki setiap hari.

Kita diajak untuk mendengarkan kembali kata-kata Yesus yang ia kutip dari Kitab Ulangan itu, yakni KASIH. Hendaklah kita mengertinya dan melaksanakannya dalam hidup kita sehari-hari.


Renungan Harian lainnya dapat dibaca di Sejenak Eling

Related Post :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *