Apakah Kita Percaya?

  • infokatolik
  • Jan 20, 2025

Dalam satu pertunjukan sirkus, ditampilkan berbagai adegan. Adegan-adegan itu demikian menarik dan menegangkan simpul-simpul urat syaraf seluruh penontonnya. Gedung pertunjukan yang terisi penuh oleh penonton yang riuh rendah itu terasa bergetar. Adegan demi adegan berlalu, dan semuanya selalu disambut oleh applause yang luar biasa.

Kini pertunjukan tiba pada adegan di mana akrobatis akan berjalan melintasi bentangan kawat baja yang direntang tinggi dari sisi satu ke sisi lain gedung pertunjukan tersebut. Rupanya sang akrobatis mempunyai jiwa entertainer yang baik. Sebelum memulai akrobatnya, dia melakukan percakapan dengan penonton.

“Apakah anda semua percaya bahwa saya mampu berjalan melintasi kawat baja yang sudah terentang itu?”

“Percaya…..”

“Anda benar-benar percaya?” tanya sang akrobatis sekali lagi.

“Kami percaya 200%,” tegas penonton.

Sang akrobatis pun mulai menaiki tangga penghubung salah satu sisi bentangan kawat baja yang direntang setinggi tujuh meter dari lantai gedung. Sesampainya di dek tempat kawat baja direntang, kembali sang akrobatis bertanya,

“Apakah anda masih percaya bahwa saya mampu melakukan adegan ini tanpa jatuh?”

“Anda pasti bisa…!!!” teriak seluruh penonton.

Kemudian mulailah sang akrobatis berjalan meniti kawat baja tersebut diikuti dengan degup jantung berkecepatan enam ribu rpm dan ketakutan penuh harap dari seluruh penonton agar sang akrobatis selamat sampai di sisi yang lain.
Dan… sungguh luar biasa, sang akrobatis berhasil. Serta merta ia disambut dengan gegap gempita seluruh penonton yang melepaskan seluruh ketegangan dan sekaligus kekaguman.

Sang akrobatis kembali bertanya,
“Apakah anda makin percaya bahwa saya mampu menyeberangi seutas kawat baja ini?”

“Ya, kami percaya. Anda telah membuktikannya dengan baik sekali,” serta merta penonton berteriak.

“Apakah anda yakin dengan kata-kata anda sendiri?”

“Betul, kami tidak bohong. Kami ingin anda mengulang adegan tersebut lagi. Kami percaya, anda tidak akan jatuh!”

“Dengan senang hati saya akan menuruti keinginan anda semua. Dan untuk lebih membuktikan kemampuan saya, maka saya minta seorang sukarelawan untuk saya gendong dan kemudian bersama saya menyeberangi seutas kawat baja ini. Apakah ada sukarelawan yang mau?”

Mendadak suasana menjadi sunyi senyap. Tak seorang pun berani mengangkat muka, apalagi mengangkat suara. Semua tertunduk, diam dan membisu.

***

Jika kita diajak mengambil resiko, kita berpikir untuk kembali menyayangi segala sesuatu yang kita miliki. Yang lebih aneh lagi, selalu ada dorongan untuk menolak resiko terkecil sekalipun apabila kita sudah mempunyai banyak kenikmatan.
Bagaimana dengan ajakan Kristus untuk menjalani hidup sengsara, memikul salib sepanjang masa hidup di dunia ini, padahal kita tidak tahu sama sekali resiko apa yang akan kita terima sedetik kemudian? Seringkali kita menjawab dan bersaksi bahwa kita percaya kepada Kristus dengan segenap hati. Kita pun selalu ingat bahwa segala sengsara yang kita pikul akan diganti dengan sukacita sepanjang masa. Apakah kita masih ragu untuk mendengar dan mengikuti panggilan-Nya??..

Di Sudut Hati

Related Post :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *