Para Kudus – 7 September
Beato John Duckett adalah seorang biarawan Cistercian yang dihukum mati di Inggris karena imannya sebagai seorang katholik. Ia mengenyam pendidikan di perguruan tinggi Douay, Inggris dan ditahbiskan sebagai imam pada tahun 1639. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya di Paris Perancis. Beberapa jam lamanya dalam sehari biasa dilewatkan pater John dalam doa dan komtemplasi.
Pater Ducket melewatkan waktu dua bulan bersama para biarawan Cistercian, membaktikan diri dalam doa dan retret, sebelum ia dikirim kembali ke Inggris yang sedang dalam masa penganiayaan. Saat itu diinggris, Gereja katholik dinyatakan terlarang. Setiap orang katholik akan ditangkap dan dipaksa murtad dengan ancaman hukuman mati.
Imam muda ini berkarya selama setahun di Inggris sebelum akhirnya tertangkap tangan dengan minyak suci dan sebuah buku ibadat di tangannya. Ketika mereka yang menangkapnya mengancam akan mencelakai keluarga dan teman-temannya jika ia tak mengakui identitasnya, John mengaku bahwa ia adalah seorang imam. Ia dibawa dan dijebloskan ke dalam penjara di London.
Dalam penjara, ia bertemu dengan seorang imam Jesuit yang telah lebih dahulu tertangkap, Pater Ralph Corby. Pater Corby telah berkarya selama duabelas tahun di Inggris sebelum akhirnya ditangkap saat sedang mempersembahkan Misa. Ordo Yesuit segera berupaya menyelamatkan Pater Corby. Ketika “penangguhan hukuman mati” datang, Pater Corby mendesak agar Pater John Duckett yang lebih muda, mempergunakannya. Tetapi Pater John berkata bahwa ia tidak akan pernah pergi meninggalkan sahabatnya menjalani hukuman sendirian. Sesungguhnya, penangguhan penahanan itu hanyalah akal-akalan pemerintah Inggris saja. Sebab ternyata tidak pernah ada seorang imam pun diijinkan menikmati penangguhan hukuman mati itu. Para hakim mengabaikannya dan menjatuhkan hukuman mati kepada kedua imam tersebut.
Pada tanggal 7 September 1644, pukul sepuluh pagi, kedua imam menaiki kereta yang akan membawa mereka ke Tyburn, tempat pelaksanaan eksekusi. Kepala mereka digunduli dan mereka mengenakan jubah mereka. Masing-masing menyampaikan sepatah dua patah kata, lalu mereka saling berpelukan. Mereka akan segera berjumpa lagi di hadapan Tuhan kemuliaan.