Suatu hari Nasruddin dan istrinya pergi ke pasar.
Hari itu mereka tidak mempunyai rencana untuk berbelanja, tetapi mereka hanya ingin cuci mata saja. Mereka datang cukup awal, sehingga mereka dapat menyaksikan pedagang-pedagang melakukan bongkar-muat barang dagangannya dari kendaraan mereka.
Nasruddin dan istrinya melihat begitu banyak sayuran dan buah-buahan segar di sana, mereka terlihat begitu hijau dan sangat segar.
“Nasruddin, mengapa kita tidak membeli sesuatu?” istrinya bertanya.
“Sayang, kita-kan punya sayuran dan buah-buahan bagus di kebon rumah kita, tunggu saja sebentar lagi kita akan menikmati sayuran dan buah-buahan hasil kebun kita,” jawab Nasruddin.
Kemudian mereka melanjutkan perjalanan.
“Anggur…anggur manis…anggur manis, ayo mampir dan silahkan dicicipi…,” seorang pedagang dari pojok pasar berteriak.
“Nasruddin, kita harus ke sana,” istri Nasruddin berkata kepadanya.
“Oke,” dia menjawab.
Kemudian mereka bergegas ke tempat penjual anggur itu. Beberapa orang sedang memilih-milih anggur itu. Buah anggur disitu terlihat sangat segar dan menarik, lagi pula harganya pun lebih murah bila dibandingkan dengan pedagang di tempat lain, makanya di situ banyak orang yang berbelanja untuk membeli anggur.
Setelah melihat dan bertanya beberapa hal, akhirnya Nasruddin jadi membeli anggur itu.
Setibanya di rumah, mereka segera makan anggur tersebut.
Ketika Nasruddin sedang makan anggur yang dibelinya tadi, istrinya berkomentar karena heran, mengapa Nasruddin makan juga biji anggur tersebut.
“Sayang, kenapa kamu makan biji anggur itu?” istrinya bertanya.
“Loh.. emang ada yang salah?” jawab Nasruddin.
“Bukankah seharusnya kamu membuang bijinya?”
“Kamu mau tahu alasannya, gampang saja,” kata Nasruddin.
“Pada waktu kita membeli anggur ini, saat ditimbang, harganya termasuk bijinya.”