Seorang anak laki-laki remaja, pergi menonton pertandingan sepak bola bersama pastor parokinya. Ia berkata, “Romo, orang tidak suka selalu mendapat perintah “harus” dan “tidak harus”, karena orang merasa tidak ada kebebasan. Dalam keadaan tersebut pastor itu tidak langsung berkomentar menanggapi kata-kata anak laki-laki remaja itu.
Tak lama kemudian mereka tiba di sebuah persimpangan jalan, dan ada rambu-rambu yang menunjukkan arah ke lapangan sepak bola. Pastor itu mengabaikan tanda itu, anak laki-laki itu kemudian memanggilnya, “Romo… romo, kita salah arah! Memangnya romo tidak melihat tanda di sana?”
Pastur itu menjawab dengan tenang, “Saya melihat tanda itu, tapi saya pikir jalan inilah yang terbaik. Dan saya tidak suka diperintah untuk pergi “ke sini” atau “ke sana”, oleh rambu-rambu tua itu. Karena hal itu merampas kemerdekaan saya dalam bertindak.”
Akhirnya anak laki-laki remaja itu memahami pesan yang dimaksud oleh pastur parokinya, ketika mereka kembali ke arah lapangan sepak bola.
***
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering bertindak atas kehendak sendiri dan kemauan sendiri. Tanpa sadar kita seolah-olah mengabaikan Tuhan. Tuhan mengutuk orang yang mengandalkan dirinya sendiri, dan mengesampingkan Tuhan. Sebaliknya, orang yang mengandalkan Tuhan mendapat berkat. Berkat dan kutuk akan menghampiri manusia, tergantung sikapnya terhadap Allah. Sikap mengandalkan dan peduli pada Tuhan juga harus tunjukkan dalam sikap peduli terhadap sesama yang menderita, lemah dan terpinggirkan, seperti tampak dalam diri Lasarus. Lalu apakah Allah sungguh secara nyata mengutuk? Ini tentu misteri Allah. Tetapi yang jelas, ketika kita tidak melakukan kebaikan dan sebaliknya melakukan dosa, kita sudah menjadi manusia terkutuk. Namun percayalah bahwa Allah ingin membebaskan kita dari kutukan dosa.
Hal ini terjadi pada kejadian yang menimpa si orang kaya, yang kemudian mati dan dikubur. Tuhan sudah memperingatkan kita tidak kurang-kurang, namun kadang kita menyangkal dan tidak peduli, sehingga akhirnya orang bisa masuk dalam jurang kesengsaraan. Sekalipun ada orang bangkit dari antara orang mati, kalau Yesus, saksi kebangkitan sendiri datang, mereka juga tidak mau diyakinkan. Ini juga bukan soal kemahiran berbicara, bahkan tanda dan mukjizat Yesus Kristus sendiri tidak akan menobatkan si kaya, kalau ia tidak membuka hatinya. Hanya rahmat dapat menyentuh hati orang. Rahmat asalnya dari Tuhan, namun kita umat dapat memohon dan mendoakan. Dan ini tugas kita dalam doa permohonan, dalam berpuasa, bermatiraga, agar dunia si kaya mendapatkan terang, memperoleh kesadaran, bahwa di dalam hatinya ada jurang ternganga. Hanya sejauh ia menutup jurang pemisah dengan Lasarus si miskin itu, jurang tak terseberangi dapat dijembatani.
Renungan Harian lainnya dapat dibaca di Sejenak Eling