Diskusi Sapi dan Babi

  • infokatolik
  • Aug 17, 2024

Seorang yang kaya mengeluh kepada temannya, “Orang tidak menyukai saya. Mereka berkata, saya egois dan kikir tapi dalam surat-surat wasiat saya; saya sudah menyumbangkan semua milik saya kepada lembaga amal.”

Temannya berkata, “Mungkin cerita tentang sapi dan babi berikut ini, bisa memberi engkau suatu pesan. Suatu hari, babi datang kepada sapi dan mengeluh. Orang selalu berbicara tentang keramahan. Memang benar bahwa kamu sudah memberi mereka susu. Tetapi mereka mendapatkan begitu banyak hal dari saya. Mereka mendapat daging saya, bahkan kaki saya pun mereka masak. Meski demikian tak seorang pun menyukai saya, bagi mereka saya hanya seekor babi. Mengapa begitu?”

Sapi itu merenung sejenak dan kemudian berkata, “Mungkin karena saya memberikan sesuatu pada saat saya masih hidup.”

***

Orang hanya memikirkan apa yang dapat dia makan pada saat hidup, tidak mau berpikir makanan kekal setelah kematian. Orang hanya menghargai apa yang diterima saat hidup, bukan bekal saat kematian.

Pada peristiwa Yesus memberi makan lima ribu orang. Yesus bertanya kepada para murid-Nya, “di mana harus membeli roti untuk orang banyak yang berkumpul?” Pertanyaan itu membuat para murid kebingungan, walaupun Andreas kemudian mendapati seorang anak yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan, akan tetapi Andreas tidak dapat memahami apa arti dari pemberian anak kecil itu dan lima roti dan dua ikan itu. Andreas hanya bingung, apa arti makanan yang hanya segitu bila dibandingkan untuk orang yang sebanyak itu.

Kebingungan dan pertanyaan Andreas ini, juga mencerminkan kondisi masyarakat kita pada saat ini, di mana orang sering kali gagal paham, tidak memahami arti dan makna sebuah peristiwa yang dialami. Manusia sering kali hanya memikirkan hidup enak, tidak perlu bekerja, mereka hanya perlu menyiapkan roti yang mengenyangkan perut, tak terpikir oleh mereka sesuatu yang lebih tinggi. Mereka menolak roti hidup yang ditawarkan Yesus, malah mereka berbondong-bondong mengundurkan diri dan menjauhkan diri. Yesus tidak menahan mereka. Bukan Allah yang harus mengalah, tetapi manusia harus tunduk menyerah. Bahkan para rasul pun ditantang, “apa kamu juga mau pergi?” Akhirnya kita hanya dapat mengucap bersama Petrus. “Kepada siapakah kami akan pergi? Sabda-Mu adalah Sabda hidup yang kekal.”

Renungan Harian lainnya dapat dibaca di Sejenak Eling

Related Post :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *