GEMBALA BAIK

  • infokatolik
  • Jan 28, 2025

GEMBALA BAIK.

Ada sebuah kisah. Konon, pada malam sesudah mengumumkan diadakannya Konsili Vatikan II, Paus Yohanes XXIII tidak bisa tidur. Dia memikirkan bagaimana konsekuensi dari keputusannya yang sangat menentukan arah Gereja selanjutnya. Dia juga memikirkan pelaksanaan Konsili yang pasti sangat kompleks.

Tapi dia lalu mengingatkan dirinya sendiri dengan berkata: “Angelo, mengapa engkau tidak tidur? Siapakah yang memimpin Gereja; engkau atau Roh Kudus? Tidurlah.”

Dengan kata-kata ini lalu dia bisa tertidur nyenyak. Benar atau tidaknya kisah ini kurang penting. Tapi mengingat pribadi seorang Angelo Roncalli yang kemudian menjadi Paus Yohanes XXIII, yang terkenal dengan segala kerendahan hati dan kesederhanaannya, bukan mustahil hal semacam ini benar terjadi.

Yesus menyebut dirinya Gembala yang baik: “Akulah Gembala yang baik”. Konteks pernyataan ini ada dalam rangkaian perdebatan dengan orang-orang Farisi. Mereka menuduh Yesus dikuasai setan karena menyembuhkan orang buta pada hari Sabat.

Pada jaman Yesus di Palestina, pekerjaan sebagai gembala adalah hal yang biasa. Pada malam hari gembala menuntun domba-domba ke kandang. Kandang itu terbuat seperti pagar batu yang disusun setinggi lebih dari dua meter. Di atas pagar batu diletakkan ranting berduri, biasanya mawar, untuk melindungi domba dari serigala dan singa yang mencari makan pada malam hari.

Pintu masuk lebarnya sekitar satu meter. Ada ruang terbuka di pintu dimana disitu dinyalakan api unggun untuk menerangi domba-domba. Gembala tidur di dekat api unggun untuk bersiap-siap menghalau binatang buas dengan tongkatnya.

Dalam situasi ini gembala bertindak sebagai pintu sekaligus pengawal domba-domba.

Yesus menyatakan diri sebagai gembala sejati, bukan sekedar orang upahan yang mendapatkan uang dari pekerjaan menggembala tetapi melarikan diri ketika berada dalam kesulitan.

Pada titik ini Yesus secara tidak langsung membandingkan diri dengan orang-orang Farisi. Mereka sesungguhnya seperti orang upahan yang diberi kepercayaan “menggembalakan” bangsa Israel tetapi justru lebih memperhatikan dirinya sendiri.

Di sisi lain, Yesus juga berpesan kepada murid-muridNya: Gembalakanlah domba-dombaku. Dia menitipkan domba-domba-Nya ke tangan orang kepercayaan. Mereka yang dianggap mampu mengemban tugas sebagai pemimpin, sebagai penuntun, penasihat maupun pelindung. Persis seperti diri-Nya.

Ketika mengatakan hal ini, Yesus bahkan belum memikirkan para pastor dalam gereja melainkan gembala dalam arti luas. Tugas kegembalaan dalam arti sempit sebagai wewenang para Uskup dan Imam baru berkembang lama kemudian.

Dalam konteks dunia Palestina, kata GEMBALA mempunyai sinonim dengan kata “cinta yang tidak ingat diri, ketulusan, komitmen dan pelayanan dengan pengorbanan”.

Seorang teman bercerita bahwa anak gadisnya yang berusia SMP tidak lagi misa bersama keluarga pada hari Minggu. Dia sering misa bersama temannya pada Sabtu sore. Ketika ditanya alasannya, dia menjawab bahwa dia perlu mendampingi temannya yang baru dibaptis menjadi Katolik. Kalau sendirian dia bisa saja tidak ke gereja.

Dialah contoh gembala dalam arti yang sesungguhnya di jaman modern ini!

(SETETES EMBUN, by P. Kimy Ndelo, CSsR; ditulis di Biara Santo Alfonsus-Konventu Redemptoris Weetebula, Sumba tanpa Corona

Renungan Harian lainnya dapat dibaca di Sejenak Eling

Related Post :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *