Hari Biasa, Minggu Biasa XXX. “Bersukacita dan Bergembiralah, karena Upahmu Besar di Surga”

  • infokatolik
  • Jan 12, 2025

Hari Biasa, Minggu Biasa XXX. “Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di Surga”, Jum’at, 1 November 2019

HARI RAYA SEMUA ORANG KUDUS

Bacaan Pertama

Wahyu 7:2-4, 9-14

Dan aku melihat seorang malaikat lain muncul dari tempat matahari terbit. Ia membawa meterai Allah yang hidup; dan ia berseru dengan suara nyaring kepada keempat malaikat yang ditugaskan untuk merusakkan bumi dan laut, katanya: “Janganlah merusakkan bumi atau laut atau pohon-pohon sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Allah kami pada dahi mereka!” Dan aku mendengar jumlah mereka yang dimeteraikan itu: seratus empat puluh empat ribu yang telah dimeteraikan dari semua suku keturunan Israel. Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka. Dan dengan suara nyaring mereka berseru: “Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba!” Dan semua malaikat berdiri mengelilingi takhta dan tua-tua dan keempat makhluk itu; mereka tersungkur di hadapan takhta itu dan menyembah Allah, sambil berkata: “Amin! puji-pujian dan kemuliaan, dan hikmat dan syukur, dan hormat dan kekuasaan dan kekuatan bagi Allah kita sampai selama-lamanya! Amin!” Dan seorang dari antara tua-tua itu berkata kepadaku: “Siapakah mereka yang memakai jubah putih itu dan dari manakah mereka datang?” Maka kataku kepadanya: “Tuanku, tuan mengetahuinya.” Lalu ia berkata kepadaku: “Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba.

Demikianlah Sabda Tuhan
Syukur kepada Allah

Mazmur Tanggapan

Mazmur 24:1-2.3-4ab.5-6
Inilah angkatan orang-orang yang mencari wajah-Mu, ya Tuhan.

– Milik Tuhanlah bumi dan segala isinya, jagat dan semua yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya bumi di atas lautan, dan menegakkannya di atas sungai-sungai.
– Siapakah yang boleh naik ke gunung Tuhan? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus? Orang-orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan.
– Dialah yang akan menerima berkat dari Tuhan dan keadilan dari Allah, penyelamatnya. Itulah angkatan orang-orang yang mencari Tuhan, yang mencari wajah-Mu, ya Allah Yakub.

Bacaan Kedua

1Yoh 3:1-3

Saudara-saudara terkasih, Lihatlah, betapa besar kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita sungguh anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia. Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita ini sudah anak-anak Allah, tetapi bagaimana keadaan kita kelak belumlah nyata. Akan tetapi kita tahu bahwa, apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya. Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, ia menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci.

Demikianlah sabda Tuhan.
Syukur kepada Allah

Bait Pengantar Injil

Mat 11:28
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.

Bacaan Injil

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius 5:1-12a

Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Maka Yesus-pun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya: “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.”

Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus

Renungan

Bersuka-cita dan bergembiralah, karena upahmu besar di surga.

Sabda bahagia kerap ditafsirkan sebagai “janji” : nanti di Kerajaan Surga. Makna sabda bahagia itu justru harus diterapkan pada situasi di dunia sekarang ini juga : itu sudah alasan untuk bersukacita dan berbahagia.

Orang suci itu orang gembira dan bahagia, mulai di dunia ini.

Kemiskinan Santo Fransiskus Asisi di dunia ini, Ibu Teresa dari Kalkuta, sudah memancarkan kebahagiaan dan sukacita. Yang bersukacita karena sepanjang hidup sakit seperti Santa Lidwina, dalam kemalangan dan derita hidup para kudus sudah bahagia, karena boleh ikut memanggul salib Kristus. Orang lemah-lembut seperti Fransiskus dari Sales, ke mana-mana membawa damai, dan mendamaikan orang dengan Allah. Lapar dan haus akan kebenaran itu semua pencinta ilmu kebijaksanaan, seperti Santo Thomas Aquinas, Agustinus, orang pertobatan seperti Kardinal Newman; mereka bahagia dan membahagiakan orang, dapat menimba dan membagi dari sumber kebenaran. Murah hati seperti Vincentius a Paulo, seperti Don Bosco, Santa Elizabeth, membahagiakan orang, karena sendiri bahagia. Suci hati seperti Aloysius, Teresia, Maria Goretti; mereka berbahagia dalam pengorbanannya. Pembawa damai itu pendamai persengketaan seperti Katarina dari Siena, seperti para Misionaris bentara Injil, membawa kedamaian, para martir yang dianiaya, semua termasuk “kaum bahagia” menurut penilaian Yesus dan Ibu Gereja dan mereka itu benar.

Pengaruh para kudus kepada umat biasa.

Semua orang dibaptis mendapatkan pelindung orang kudus, bukan hanya nama, tetapi perlindungan dibawah kekuasaannya, kalau ia diakui sebagai “pelindung” dalam arti kristiani benar. Orang kudus dihormati, disebut namanya, dirayakan pestanya, dan lebih-lebih di teladani hidupnya, sebagai pancaran sinar Allah, ilham cinta Kristus bagi zamannya. Orang Kristen dalam meneladan tidak pernah boleh hanya “menjiplak”, “mengulang”, tetapi setiap orang harus meneladani orang kudus dalam kesungguhannya mengabdi Tuhan, dengan “membawa tanda-tanda zaman.” Ia harus menghayati “Sabda Bahagia” dari kemiskinan sampai dengan kemartiran, seperti ditemukan dan dituntut dalam zamannya. Ia harus menyinarkan terang Kristus sebagai tafsir Sabda Injil untuk zaman sekarang, di negara kita ini : di tengah bangsa, yang beda dari zaman dan alam Eropa, tidak Kristen atau Katolik rakyatnya, di tengah bangsa dan negara yang menyembah Tuhan Maha Esa dengan cara yang berbeda-beda.

Berkah Dalem.

Related Post :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *