Hari Biasa, Minggu III Pra Paskah, “Barangsiapa meninggikan diri ia akan direndahkan”

  • infokatolik
  • Oct 20, 2024

Kalender Liturgi, Hari Biasa, Minggu III Pra Paskah, “Barangsiapa meninggikan diri ia akan direndahkan”, Sabtu, 21 Maret 2020

HUT Konggregasi Bruder Maria Tak Bernoda

Bacaan I

Hosea 6:1-6

“Mari, kita akan berbalik kepada TUHAN, sebab Dialah yang telah menerkam dan yang akan menyembuhkan kita, yang telah memukul dan yang akan membalut kita. Ia akan menghidupkan kita sesudah dua hari, pada hari yang ketiga Ia akan membangkitkan kita, dan kita akan hidup di hadapan-Nya. Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi.” Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Efraim? Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Yehuda? Kasih setiamu seperti kabut pagi, dan seperti embun yang hilang pagi-pagi benar. Sebab itu Aku telah meremukkan mereka dengan perantaraan nabi-nabi, Aku telah membunuh mereka dengan perkataan mulut-Ku, dan hukum-Ku keluar seperti terang. Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran.

Demikianlah sabda Tuhan.
Syukur kepada Allah

Mazmur Tanggapan

Refr. Aku menyukai kasih setia, dan bukan kurban sembelihan.

Mzm 51:3-4.18-19.20-21ab
– Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, menurut besarnya rahmat-Mu hapuskanlah pelanggaranku. Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!
– Sebab Engkau tidak berkenan akan kurban sembelihan; dan kalau pun kupersembahkan korban bakaran, Engkau tidak menyukainya. Persembahan kepada-Mu ialah jiwa yang hancur; hati yang remuk redam tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.
– Lakukanlah kerelaan hati-Mu kepada Sion, bangunlah kembali tembok-tembok Yerusalem! Maka akan dipersembahkan kurban sejati yang berkenan kepada-Mu: kurban bakar dan kurban-kurban yang utuh.

Bait Pengantar Injil

Refr. Alleluya, Alleluya

Mzm 95:8ab
Pada hari ini, kalau kamu mendengar suara Tuhan, janganlah bertegar hati.

Bacaan Injil

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas 18:9-14

Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini: “Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”

Demikianlah Injil Tuhan.
Terpujilah Kristus

Renungan.

Kesombongan itu sumber asal segala dosa sejak Lucifer, yang berhasil membujuk Adam, sampai jatuh ke dalam dosa yang sama. Keturunannya mengikuti watak kesombongan itu. Kesombongan meracuni perbuatan baik, seperti : perbuatan amal, berpuasa, atau berdoa. Segera sesudah perbuatan baik disebut-sebut, yaitu dipusatkan pada diri sendiri, digunakan untuk menggembungkan si Aku manusia, mengangkat dirinya melebihi orang lain, memenangkan diri terhadap sesama, dan meremehkan yang bukan Aku, di situ dosa Lucifer dimunculkan kembali, manusia dengan perbuatannya bertindak munafik, kebaikan hanya semu dan ditolak oleh Tuhan. Semua dosa lain itu bergerak di lingkungan makhluk, kalaupun orang berzina, mencuri dan bahkan membunuh. Tuhan dihina dalam ciptaannya; makhluk disalahgunakan. Tetapi dosa Lusifer mengangkat si Aku, mau disejajarkan dengan Tuhan sendiri.

Kesombongan itu memusuhi sesama manusia dan Tuhan juga. Orang cabul dan orang pemabuk, penjudi masih bisa “senang bersama-sama”. Tetapi orang sombong sama sombong selalu berkelahi, bertengkar, berebutan kedudukan, bersaing membandingkan, tidak mengizinkan orang lain “mendekati”, menyamai apalagi mengungguli dirinya. Orang sombong ingin menang sendiri. Meskipun sudah kuasa, kaya raya, tetapi masih ada orang yang menyamai, itu harus… ditundukkan, hingga ia jadi yang paling unggul. Tuhan pun ia saingi, harus “mengalah” kepadanya.

Orang rendah hati merasa bebas, karena menemukan kebenaran tentang dirinya. Ia menerima dirinya apa adanya; ia tidak merasa perlu memakai kedok/topeng, berperilaku semu. Semua yang memberatkan dalam sikap sombong, mau bersaing, mau menang sendiri, berebut juara, dirasa tidak perlu. Ia tidak berpusat pada pembesaran diri si Aku lewat kekayaan, kedudukan, popularitas, nama besar dan penghormatan, ia menempatkan diri di hadapan Tuhan, sebagai pendosa, si kecil, si lemah, dan tidak perlu mempertahankan kedudukan, seperti dibayangkan oleh si orang sombong. Ia dibebaskan dalam kebenaran, dan menjadi berkenan kepada Tuhan dan sesama. Ia dibenarkan.

Berkah Dalem.

Bacaan Kitab Suci dan Renungan Harian lainnya dapat dibaca di Bacaan & Renungan

Related Post :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *