Hari Minggu Pra Paskah IV, “Turut Serta Dalam Karya Keselamatan Allah”

  • infokatolik
  • May 08, 2025

Kalender Liturgi, Hari Minggu Pra Paskah IV, “Turut Serta Dalam Karya Keselamatan Allah”, 22 Maret 2020

Bacaan I

Kitab Pertama Samuel 16:1b.6-7.10-13a

Setelah Raja Saul ditolak, berfirmanlah Tuhan kepada Samuel,
“Isilah tabung tandukmu dengan minyak dan pergilah. Aku mengutus engkau kepada Isai, orang Betlehem itu, sebab di antara anak-anaknya telah Kupilih seorang raja bagi-Ku.” Ketika anak-anak Isai itu masuk, dan ketika melihat Eliab, Samuel berpikir, “Sungguh, di hadapan Tuhan sekarang berdiri yang diurapi-Nya.” Tetapi berfirmanlah Tuhan kepada Samuel, “Janganlah terpancang pada paras atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.” Demikianlah Isai menyuruh ketujuh anaknya lewat di depan Samuel, tetapi Samuel berkata kepada Isai, “Semuanya ini tidak dipilih Tuhan.” Lalu Samuel berkata kepada Isai, “Inikah semua anakmu?” Jawab Isai, “Masih tinggal yang bungsu, tetapi ia sedang menggembalakan kambing domba.” Kata Samuel kepada Isai, “Suruhlah memanggil dia, sebab kita tidak akan duduk makan, sebelum ia datang ke mari.” Kemudian disuruhnyalah menjemput dia. Kulitnya kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya elok. Lalu Tuhan berfirman, “Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia.” Samuel mengambil tabung tanduknya yang berisi minyak itu, dan mengurapi Daud di tengah-tengah saudara-saudaranya.

Demikianlah sabda Tuhan.
Syukur kepada Allah

Mazmur Tanggapan
(PS. 849)

Refr. Tuhanlah gembalaku, takkan kekurangan Aku.

Mzm 23:1-3a.3b-4.5.6
– Tuhanlah gembalaku, aku takkan berkekurangan. Ia membaringkan aku di padang rumput yang hijau. Ia membimbing aku ke air yang tenang
dan menyegarkan daku. Ia menuntun aku di jalan yang lurus demi nama-Nya yang kudus.
– Sekalipun berjalan dalam lembah yang kelam, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku. Tongkat gembalaan-Mu, itulah yang menghibur aku.
– Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan segala lawanku.
Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak, pialaku penuh melimpah.
– Kerelaan dan kemurahan-Mu mengiringi aku, seumur hidupku. Aku akan diam di dalam rumah Tuhan sepanjang masa.

Bacaan II

Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus 5:8-14

Saudara-saudara, memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang. Karena terang hanya berbuahkan kebaikan, keadilan dan kebenaran. Ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan. Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya, telanjangilah perbuatan-perbuatan itu.
Sebab menyebutkan saja apa yang mereka buat di tempat-tempat yang tersembunyi telah memalukan. Tetapi segala sesuatu yang sudah ditelanjangi oleh terang itu menjadi nampak, sebab semua yang nampak adalah terang. Itulah sebabnya dikatakan, “Bangunlah, hai kamu yang tidur, dan bangkitlah dari antara orang mati, maka Kristus akan bercahaya atas kamu.”

Demikianlah sabda Tuhan.
Syukur kepada Allah

Bait Pengantar Injil (PS 965)

Refr. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja Mulia dan Kekal

Yoh 8:12b
Akulah cahaya dunia, siapa yang mengikuti Aku akan hidup dalam cahaya abadi.

Bacaan Injil

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes 9:1-41

Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya. Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?” Jawab Yesus: “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia. Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja. Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia.” Setelah Ia mengatakan semuanya itu, Ia meludah ke tanah, dan mengaduk ludahnya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi dan berkata kepadanya: “Pergilah, basuhlah dirimu dalam kolam Siloam.” Siloam artinya: “Yang diutus.” Maka pergilah orang itu, ia membasuh dirinya lalu kembali dengan matanya sudah melek. Tetapi tetangga-tetangganya dan mereka, yang dahulu mengenalnya sebagai pengemis, berkata: “Bukankah dia ini, yang selalu mengemis?” Ada yang berkata: “Benar, dialah ini.” Ada pula yang berkata: “Bukan, tetapi ia serupa dengan dia.” Orang itu sendiri berkata: “Benar, akulah itu.” Kata mereka kepadanya: “Bagaimana matamu menjadi melek?” Jawabnya: “Orang yang disebut Yesus itu mengaduk tanah, mengoleskannya pada mataku dan berkata kepadaku: Pergilah ke Siloam dan basuhlah dirimu. Lalu aku pergi dan setelah aku membasuh diriku, aku dapat melihat.” Lalu mereka berkata kepadanya: “Di manakah Dia?” Jawabnya: “Aku tidak tahu.” Lalu mereka membawa orang yang tadinya buta itu kepada orang-orang Farisi. Adapun hari waktu Yesus mengaduk tanah dan memelekkan mata orang itu, adalah hari Sabat. Karena itu orang-orang Farisipun bertanya kepadanya, bagaimana matanya menjadi melek. Jawabnya: “Ia mengoleskan adukan tanah pada mataku, lalu aku membasuh diriku, dan sekarang aku dapat melihat.” Maka kata sebagian orang-orang Farisi itu: “Orang ini tidak datang dari Allah, sebab Ia tidak memelihara hari Sabat.” Sebagian pula berkata: “Bagaimanakah seorang berdosa dapat membuat mujizat yang demikian?” Maka timbullah pertentangan di antara mereka. Lalu kata mereka pula kepada orang buta itu: “Dan engkau, apakah katamu tentang Dia, karena Ia telah memelekkan matamu?” Jawabnya: “Ia adalah seorang nabi.” Tetapi orang-orang Yahudi itu tidak percaya, bahwa tadinya ia buta dan baru dapat melihat lagi, sampai mereka memanggil orang tuanya dan bertanya kepada mereka: “Inikah anakmu, yang kamu katakan bahwa ia lahir buta? Kalau begitu bagaimanakah ia sekarang dapat melihat?” Jawab orang tua itu: “Yang kami tahu ialah, bahwa dia ini anak kami dan bahwa ia lahir buta, tetapi bagaimana ia sekarang dapat melihat, kami tidak tahu, dan siapa yang memelekkan matanya, kami tidak tahu juga. Tanyakanlah kepadanya sendiri, ia sudah dewasa, ia dapat berkata-kata untuk dirinya sendiri.” Orang tuanya berkata demikian, karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi, sebab orang-orang Yahudi itu telah sepakat bahwa setiap orang yang mengaku Dia sebagai Mesias, akan dikucilkan. Itulah sebabnya maka orang tuanya berkata: “Ia telah dewasa, tanyakanlah kepadanya sendiri.” Lalu mereka memanggil sekali lagi orang yang tadinya buta itu dan berkata kepadanya: “Katakanlah kebenaran di hadapan Allah; kami tahu bahwa orang itu orang berdosa.” Jawabnya: “Apakah orang itu orang berdosa, aku tidak tahu; tetapi satu hal aku tahu, yaitu bahwa aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat.” Kata mereka kepadanya: “Apakah yang diperbuat-Nya padamu? Bagaimana Ia memelekkan matamu?” Jawabnya: “Telah kukatakan kepadamu, dan kamu tidak mendengarkannya; mengapa kamu hendak mendengarkannya lagi? Barangkali kamu mau menjadi murid-Nya juga?” Sambil mengejek mereka berkata kepadanya: “Engkau murid orang itu tetapi kami murid-murid Musa. Kami tahu, bahwa Allah telah berfirman kepada Musa, tetapi tentang Dia itu kami tidak tahu dari mana Ia datang.” Jawab orang itu kepada mereka: “Aneh juga bahwa kamu tidak tahu dari mana Ia datang, sedangkan Ia telah memelekkan mataku. Kita tahu, bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang berdosa, melainkan orang-orang yang saleh dan yang melakukan kehendak-Nya. Dari dahulu sampai sekarang tidak pernah terdengar, bahwa ada orang yang memelekkan mata orang yang lahir buta. Jikalau orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa.” Jawab mereka: “Engkau ini lahir sama sekali dalam dosa dan engkau hendak mengajar kami?” Lalu mereka mengusir dia ke luar. Yesus mendengar bahwa ia telah diusir ke luar oleh mereka. Kemudian Ia bertemu dengan dia dan berkata: “Percayakah engkau kepada Anak Manusia?” Jawabnya: “Siapakah Dia, Tuhan? Supaya aku percaya kepada-Nya.” Kata Yesus kepadanya: “Engkau bukan saja melihat Dia; tetapi Dia yang sedang berkata-kata dengan engkau, Dialah itu!” Katanya: “Aku percaya, Tuhan!” Lalu ia sujud menyembah-Nya. Kata Yesus: “Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta.” Kata-kata itu didengar oleh beberapa orang Farisi yang berada di situ dan mereka berkata kepada-Nya: “Apakah itu berarti bahwa kami juga buta?” Jawab Yesus kepada mereka: “Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa, tetapi karena kamu berkata: Kami melihat, maka tetaplah dosamu.”

Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus

Renungan.

Di suatu pagi yang sibuk di sebuah perempatan jalan, seorang petugas keamanan sedang bertugas mengatur lalu-lintas. Saat lampu lalu-lintas berwarna hijau, para pengemudi bergegas menjalankan kendaraannya namun secara tidak terduga ada sepasang orang-tua, kakek nenek menyeberang jalan. Karena sudah berusia lanjut, keduanya berjalan menyeberang dengan sangat perlahan sehingga lampu lalu-lintas yang sebelumnya berwarna merah sudah berganti menyala hijau, sebagai tanda kendaraan diperbolehkan berjalan. Hal ini menyebabkan banyak kendaraan yang tidak sabar untuk berjalan, membunyikan klakson mobilnya supaya kedua orang tua itu untuk lebih cepat menyeberang. Melihat hal itu, si petugas tadi dengan sigap menghampiri kedua orang tua sambil menghentikan laju kendaraan supaya kedua orangtua itu dapat menyeberang dengan selamat sampai ke seberang jalan.

Apakah yang dilakukan petugas tadi, sampai dia melanggar aturan dan rambu-rambu lalu-lintas, hanya karena kewajiban tugasnya semata, ataukah karena didasari oleh kehendak Allah?

Dalam bacaan Injil hari ini diceritakan oleh Yohanes bagaimana Yesus mengerjakan serangkaian tindakan seperti yang lazim dilakukan seorang tabib atau penyembuh tradisional, yaitu : dengan meramu lumpur dengan ludah dan memoleskan ke mata orang buta. Ini terjadi di dekat Bait Allah, Yesus baru saja meninggalkan Bait Allah menghindar dari ancaman dirajam di situ. Dalam berjalan menjauhi tempat itu ia melihat orang buta tadi.

Terang yang sesungguhnya diusir, dilempar keluar oleh mereka yang semestinya meluangkan tempat bagi-Nya. Maka kini Ia datang ke tempat yang tak terduga-duga, ke orang yang sudah tak berpengharapan lagi. Setelah mengoles mata orang tadi, Yesus menyuruhnya berendam di sebuah kolam yang bernama Siloam. Berjalan kaki dari wilayah Bait Allah ke kolam Siloam di ujung selatan Yerusalem (hampir 1 km dengan belok-beloknya) dalam perhitungan orang Farisi sudah melebihi batas yang diperbolehkan dilakukan pada hari Sabat. Jadi di mata kaum Farisi, bukan saja Yesus melanggar hukum Sabat dengan meramu pengobatan, tetapi malah menyuruh orang melanggar hukum Sabat pula.

Bolehkah dibilang Yesus bertindak sebagai nabi yang tak mau dihalangi rambu-rambu kelembagaan adat agama yang menyesakkan? Amatan seperti ini sering terdengar. Tetapi tak usah arah pemikiran ini diikuti begitu saja. Salah-salah kita malah hanya akan memperlawankan Yesus dengan kaum Farisi dengan cara kita sendiri, dan bukan dengan mengikuti maksud Injil. Injil Yohanes tidak menampilkan Yesus sebagai penyangkal lembaga Sabat atau lembaga kesalehan manapun. Yohanes ingin menunjukkan bagaimana Yesus membuat orang buta sejak lahir tadi menjadi manusia utuh, bisa melihat dan malah lebih daripada orang-orang lain. Yang dilakukan Yesus sebetulnya memungkinkan Sabat bisa betul-betul terjadi. Sabat itu kan keadaan di mana Pencipta bisa memandangi ciptaanNya utuh tak kurang apapun, tidak cacat, lebih-lebih manusia yang diciptakanNya sebagai karya puncaknya. Itulah hari Sabat yang sesungguhnya.

Berkah Dalem

 

Bacaan Kitab Suci dan renungan Harian lainnya dapat dibaca di Bacaan & Renungan

Related Post :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *