Hari Terakhir Dunia

  • infokatolik
  • Nov 09, 2024

Nasruddin tinggal di sebuah kampung yang tidak terlalu luas, dia tinggal bersama dengan beberapa warga kampung lainnya. Orang-orang di kampung itu secara umum tergolong tidak kaya, malah beberapa di antara mereka hidup di bawah garis kemiskinan. Tak heran, mereka jarang mengadakan pesta dan karena sudah lama tidak mengadakan sebuah pesta, makanya mereka sangat berharap pada Nasruddin, yang mereka anggap lebih mampu. Mereka sebelumnya juga sering datang kepadanya untuk mendapatkan makanan.

Satu hari beberapa orang datang ke rumah Nasruddin, kali ini mereka datang untuk berencana mengakali Nasruddin supaya mendapatkan makanan.

“Nasruddin,” kata mereka.
“Besok adalah hari terakhir dari dunia, mengapa kamu tidak mau melakukan sesuatu yang baik buat kami,” tanya mereka.

“Apa yang saya harus lakukan?” Nasruddin menanggapi pertanyaan mereka.

“Mengapa kita tidak mengadakan acara piknik bersama, dengan memotong anak sapimu, dan membuatnya menjadi suatu yang besar untuk terakhir kali,” mereka mengulangi penjelasannya.

“Mengapa harus saya?” Nasruddin bertanya kepada mereka.

“Karena kamu lebih beruntung dari kami, Nasruddin!” jawab mereka.

“Tapi kenapa harus anak sapi saya?” Nasruddin menolak.
“Itu adalah binatang peliharaan kesayangan saya, saya tidak mungkin memotong anak sapi itu,” Nasruddin melanjutkan penolakannya.

Tetapi orang-orang itu terus berusaha dan tidak mau menyerah begitu saja.

“Nasruddin, besok itu kan hari akhir dari dunia, kita semuanya akan meninggal, apa salahnya menyumbang untuk sebuah pesta terakhir, besok adalah akhir dari semuanya,” desak mereka.

Pada akhirnya hal itu membuat Nasruddin menyerah, dan harus merelakan anak sapinya dipotong.

Mereka berencana mengadakan sebuah perayaan di tepi sungai, diawali dengan acara “pesta air” di sungai sebelum dipuncaki pesta makan-makan.
Maka selanjutnya mereka sibuk menyiapkan segala sesuatunya dan segera pergi menuju pinggir sungai untuk mengadakan acara piknik yang menyenangkan.

Pertama-tama yang mereka lakukan adalah memotong anak sapi dan menyiapkan panggangan api beserta kayu bakar, kemudian mereka menaburi banyak bumbu di atas daging itu, yang membuat ngiler setiap orang yang melihatnya.

Setelah tahap itu selesai, mereka segera pergi ke tepian sungai untuk berenang, mereka melepaskan seluruh pakaian mereka kecuali Nasruddin.

Sementara semua orang bergembira di dalam air sambil menunggu daging panggang itu matang. Nasrudin mengambili dan mengumpulkan seluruh pakaian mereka yang tersebar di sepanjang tepian sungai dan menaruh pakaian-pakaian itu ke dalam api.

Masyarakat kampung tidak menyadari, dengan tindakan konyol apa yang dilakukan Nasruddin. Pada saat orang-orang itu selesai bermain air dan kemudian berniat membersihkan diri, daging sapi panggang sudah tercium sangat harum dan terlihat sangat nikmat. Bersamaan dengan itu, seluruh pakaian mereka semua juga sudah hampir habis terbakar. Mengetahui apa yang terjadi, teman-teman Nasruddin sangat kaget.

“Ada apa dengan pakaian-pakaian kami?” tanya mereka kebingungan kepada Nasruddin.

“Ooh..pakaian,” jawab Nasruddin dengan santai.

“Saya gunakan pakaian-pakaian itu untuk menjaga supaya api tetap menyala, besok itu kan hari terakhir dunia, bukan begitu? Pastinya kamu tidak akan membutuhkan pakaian kamu lagi, bukan???”

Related Post :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *