Jangan Sampai Nggak Nyambung

  • infokatolik
  • Dec 19, 2024

Jangan Sampai Nggak Nyambung

Ir. Sarmun Ginting seorang profesional muda asal Medan, namun agak terganggu pendengarannya, baru pertama kali ke Jogja.

Suatu hari ia ingin sekali minum minuman khas Jogja yaitu es dawet.

Ginting : ” Mba, beli dawetnya”

Mba Heny : ” Sampun telas, mas..”

Ginting : ” Iya donk, tampung digelas ya mba..”

Mba Heny : ” Mboten wonten mas.. ”

Ginting : ” Betul, memang saya suka santen”

Mba Heny : ” Ojo ngono mas..”

Ginting : ” Aku sudah tau mba, yang ijo ijo itu khan? Di Jakarta namanya cendol!”

Mba Heny (agak kesal) : ” Kowe sinting ya?”

Ginting : “Lho?! Kok mba bisa tau namaku Ginting ??”

Mba Heny (Makin kesel) : ” Wong Edan!!..”

Ginting : ” Wah…. Mba hebat sekali ! Saya memang orang Medan”

Mba Heny (menggerutu) : “Ora Duwe otak!”

Ginting : ” Benar… benar sekali mba, saya orang Batak! Ha ha ha …. horas!”

Mba Heny (stress) : ” Dasar Budeg”

Ginting : ” Lha yang aku pesan dawet mba… bukan gudeg”

Mba Heny : ” Sampeyan kurang waras too…”

Ginting : ” Benar sekali mba, untuk bisa bertahan hidup, kita ini memang harus kerja keras mba …!

Mba Heny : ” Hadeuh…. pusing aku!”

***

Yakobus mengingatkan kepada jemaat untuk menjaga lidah dengan bijaksana. Digambarkan bahwa lidah itu seperti setir sebuah kapal, bahkan kapal sebesar apapun dan diterjang angin sehebat apa pun, dengan setir yang kecil itu bisa dikendalikan dengan baik. Bahkan ganasnya hewan masih bisa dikendalikan, namun ketika lidah kita yang kecil ini berbicara salah, bisa menimbulkan malapetaka. Dengan mengendalikan lidah, keselamatan dan kedamaian manusia akan tercapai.
Kisah yang sama disampaikan Yesus ketika para murid mengalami kemuliaan bersama-Nya di atas puncak gunung. Dengan tegas ketika mereka turun, para murid diminta untuk menjaga lidahnya, dengan tidak menceritakan kepada siapapun sampai pada saatnya nanti. Menceritakan dengan tepat, menggunakan lidah dengan baik adalah jalan untuk mencapai kemuliaan. Dengan pesan yang disampaikan Yesus kepada murid-Nya, Ia ingin mendidik mereka untuk menggunakan lidahnya dengan bijaksana. Melalui Sabda ini kita diajak untuk menyampaikan sesuatu dengan bijak : mana yang perlu, mana yang penting dan mana yang mendesak untuk dikatakan. Menyampaikan cerita yang baik saja bisa diartikan berbeda oleh orang yang menerima/mendengar. Jadi gunakanlah lidahmu untuk tidak menyakiti sesama dan janganlah untuk menyebarkan hoax.

Related Post :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *