Suatu hari, seorang Indian Amerika meninggalkan daerah tempat tinggalnya dan mengunjungi seorang temannya yang berkulit putih di kota. Bunyi ribut mobil-mobil dan derap orang yang lalu-lalang sangat mengganggu orang Indian itu.
Kedua orang itu kemudian berjalan-jalan dan tiba-tiba orang Indian itu berhenti, menepuk pundak temannya dan berbisik, “Berhentilah sebentar. Apakah kamu mendengar suara yang kudengar?”
Orang kulit putih itu menoleh ke arah orang Indian itu sambil tersenyum, dan kemudian berkata, “Yang saya dengar hanyalah suara klakson mobil serta suara orang lalu-lalang. Apa yang kau dengar?”
“Ada seekor jangkrik di dekat sini dan saya bisa mendengar suara nyanyiannya.”
Teman kulit putih itu mendengarkan dengan penuh perhatian, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya dan berkata, “Saya pikir kamu hanya bergurau. Tidak ada jangkrik di sini. Dan seandainya ada, bagaimana orang bisa mendengar suaranya di tengah kebisingan jalan ini? Jadi, kamu pikir kamu bisa mendengar suara seekor jangkrik?”
Kata orang Indian itu, “Ya, ada satu ekor yang bernyanyi di sekitar sini sekarang.”
Orang Indian itu berjalan ke depan beberapa langkah, lalu berdiri di samping tembok sebuah rumah. Di situ ada tanaman yang tumbuh merambat. Orang Indian itu memetik beberapa daun, dan di atas daun itulah terdapat seekor jangkrik yang bernyanyi keras sekali.
Teman kulit putih itu kini bisa melihat jangkrik itu, dan dia pun mulai bisa mendengar suara nyanyiannya. Ketika mereka kembali berjalan-jalan, orang kulit putih itu berkata kepada teman Indiannya, “Kamu secara alami bisa mendengar lebih baik daripada kami.”
Orang Indian itu tersenyum dan kemudian menggelengkan kepalanya sambil berkata, “Saya tidak setuju dengan pendapatmu. Orang Indian tidak bisa mendengar dengan lebih baik daripada orang kulit putih. Sekarang lihat, saya akan perlihatkan kepadamu.”
Lalu orang Indian itu mengambil uang logam dan menjatuhkannya di trotoar. Bunyi uang logam itu membuat banyak orang menoleh ke arahnya. Kemudian orang Indian itu memungut uang logam itu dan menyimpannya kembali di kantongnya, dan kedua orang itu kembali berjalan-jalan.
Kata orang Indian itu, “Tahukah kamu, sobat… suara uang logam itu tidak lebih keras daripada nyanyian jangkrik tadi. Meski demikian, banyak orang kulit putih mendengarnya dan menoleh ke arahnya. Di lain pihak saya adalah satu-satunya orang yang mendengarkan suara jangkrik itu. Alasannya tentu bukan bahwa orang Indian bisa mendengar dengan lebih baik daripada orang kulit putih. Tidak! Alasannya adalah bahwa kita selalu mendengar dengan lebih baik hal-hal yang biasanya selalu kita perhatikan.
***
Suara hiruk-pikuk di dunia ini yang begitu bising, dapat memudarkan suara Allah yang begitu lembut. “Bagaimana firman Tuhan dapat didengar, bagaimana caranya?” Sulitkah karena kita terbiasa mendengarkan suara-suara dunia!
Allah berbicara kepada kita setiap hari, memanggil kita di tengah kegelisahan dan kerinduan yang melanda jiwa kita. Dia memanggil kita di tengah dukacita kita yang mendalam maupun di tengah sukacita besar yang sesungguhnya tidak dapat sepenuhnya memuaskan kita.
Namun yang terutama, Allah berbicara kepada kita melalui firman-Nya (1Tes. 2:13). Ketika Anda membuka Alkitab dan membacanya, disitulah Anda akan mendengar suara-Nya. Dia mengasihi Anda lebih daripada apa yang dapat Anda bayangkan, dan Dia ingin Anda mendengarkan apa yang hendak dikatakan-Nya.
Renungan Harian lainnya dapat dibaca di Sejenak Eling