Seorang sersan, baru saja pulang dari dinas di Pasific, dia berdiam diri di tengah keluarganya yang bangga padanya. Dia telah menjelaskan arti tanda jasa dan bintang yang diterimanya, dan dia telah diciumi dan dipuji oleh setiap anggota keluarga : istrinya, ibunya, bibi Clara dan bibi Annie.
Kata bibi Clara : “Dia kembali dengan selamat, dan kita akan mengembalikan berat badannya secepatnya.”
Bibi Annie pun berkata : “Betapa sengsaranya, ia pasti telah mengalami hal-hal yang menegangkan. Coba lihat, ia ragu-ragu membuka mulutnya ketika berbicara.
Ibunya menyambung : “Ya.. saya melihat hal itu.”
Istrinya tidak berkata apa-apa, hanya mengerutkan kening sedikit. Tapi karena ia adalah perempuan yang suka berterus-terang, dia berkata langsung kepada suaminya, “Tahukah kamu bahwa caramu berbicara itu lucu, seolah-olah kamu menelan sesuatu atau….”
“Menelan sesuatu, bangsat!” kata suaminya.
“Keragu-raguan itu memang saya sengaja. Setelah tiga tahun saya menggunakan bahasa yang diwarnai caci-maki, saya membutuhkan waktu untuk mengatur bahasa saya, sehingga cocok untuk bahasa sehari-hari di rumah. Satu-satunya jalan iyalah, tidak berbicara. Saya menyebutnya sensor pribadi.”
***
Memasuki masa Prapaskah, kita biasanya diajak untuk bermati-raga dan menahan diri. Di saat yang bersamaan ternyata kita saat ini sedang mengalami situasi perasaan cemas dan takut, karena pada saat ini kita sedang dihantui oleh wabah Virus Covid-19 yang lebih dikenal dengan virus Corona. Pemerintah sudah mengambil beberapa kebijakan dan tindakan tegas dengan mengeluarkan perintah, memberhentikan lalu-lintas udara, laut dan darat untuk sementara, guna memutus penyebaran virus. Kita hidup dalam isolasi, diminta untuk tinggal di rumah, agar penyebaran virus Corona terputus. Gereja kita pun sudah mengeluarkan perintah bahwa tidak ada Misa bersama pada hari biasa dan Minggu bahkan sampai perayaan Paskah untuk menghindari penyebaran wabah Virus Corona ini. Pasti kita semua merasa tidak bahagia hidup dalam situasi seperti ini, tetapi demi keselamatan diri dan sesama, kita harus menerimanya. Yang pasti bahwa dari situasi yang sedang kita alami ini, kita juga bisa belajar banyak hal, dan kita juga bisa memetik pesan-pesan yang menarik untuk hidup kita.
Apa yang dapat kita pelajari dan hikmah dari kondisi sekarang ini. Pertama; Ada kesempatan yang sangat baik untuk memperhatikan kebutuhan diri, yang betapa sering terlupakan karena kesibukan sehari-hari kita. Kedua; Kita punya banyak waktu untuk berdoa baik untuk kepentingan diri maupun kepentingan sesama dan masyarakat. Ketiga; kita punya banyak waktu untuk membaca dan mencari informasi tentang berbagai hal tentang kesehatan dan cara-cara praktis untuk menjaga diri agar tubuh tetap kuat melawan penyakit. Keempat; punya waktu untuk berolahraga meningkatkan kekuatan tubuh. Kelima; dengan ditiadakannya perayaan-perayaan Misa dan ibadat di gereja, kita bisa merayakan misa kudus secara khusus dengan keluarga melalui media online, tentu dengan menyediakan meja altar kecil, dengan salib dan lilin supaya bisa berdoa secara khusuk. Dan tentu doa utama permohonan kita kepada Allah adalah agar umat manusia saat ini, diberi kekuatan agar sanggup melawan virus corona dan memohon pada Allah, agar menghalaukan wabah ini dari muka bumi.
Wajar bahwa pada saat ini kita masih diliputi oleh perasaan takut dan cemas karena wabah Virus Corona yang masih merajalela, tetapi tentu manusia diberi kemampuan oleh Allah untuk bisa belajar dari pengalaman ini, berpasrah pada Tuhan dan berupaya bangkit dari keterpurukan. Bahwa mungkin wabah virus diakibatkan perilaku buruk kita di masa lalu, tentu menjadi introspeksi kita untuk memperbaiki perilaku buruk kita menjadi lebih baik, lebih bijaksana, dan lebih bersahabat serta lebih menghormati dengan alam sekitar kita.
Penyakit boleh menakut-nakuti kita, tetapi kita tidak boleh terlalu takut dan cemas akan dia. Kita harus bangkit dan tetap selalu memusatkan perhatian kita pada Tuhan, yang mengatur hidup kita, dengan berdoa dan jangan tinggalkan iman, sembari memperhatikan rambu-rambu peringatan yang sudah dikeluarkan dan diatur oleh pemerintah, gereja dan masyarakat kita sendiri.
Mari kita selalu berdoa sambil memperhatikan dan menjaga apa yang sudah dihimbau oleh pemerintah dan gereja kita. Percayalah, bahwa Tuhan punya waktu dan juga bekerja lewat hamba-hambaNya.
Renungan Harian lainnya dapat dibaca di Sejenak Eling