Para Kudus – 9 September
Santo Petrus Claver
Bapak para budak kulit hitam, Pedro Claver Corberó
Imam Jesuit yang dikenal sebagai “Rasul para budak” ini dilahirkan di Spanyol pada tahun 1580. Ketika ia masih seorang seminaris di biara Serikat Yesus, ia telah merasakan dorongan yang kuat untuk pergi menjadi missionaris di Amerika Selatan. Karena itulah, setelah menerima tahbisan imamat, Petrus mendaftarkan diri menjadi missionaris dan diutus ke Cartagena Kolombia.
Di Kartagena, banyak kapal datang dengan muatan para budak belian yang didatangkan dari Afrika untuk diperjual-belikan. Melihat himpunan orang-orang malang yang berjubel, sakit serta menderita, hati Petrus tergerak oleh belas kasihan. Ia bertekad untuk menolong serta mewartakan Kabar Sukacita kepada mereka.
Setiap kali kapal budak belian tiba, Petrus segera menyongsongnya demi menolong para budak belian yang menderita sepanjang perjalanan karena kurangnya bahan makanan dan diperlakukan dengan tidak manusiawi. Ia akan memberi mereka makanan, merawat yang sakit, membaptis dan memberikan minyak suci bagi mereka yang sekarat. Sungguh sebuah kerja keras ditengah panasnya udara kota Cartagena. Namun Santo Petrus Claver tidak pernah menyerah. Ia selalu berada di sana ketika kapal-kapal itu datang.
Seorang relawan pernah sehari penuh menemani St.Petrus melakukan karyanya, namun sang relawan tidak kembali lagi keesokan harinya karena tidak tahan menyaksikan pemandangan yang memilukan hati.
Santo Petrus Claver berkarya selama empat puluh tahun dan membabtis lebih dari tiga ratus ribu orang yang kebanyakan adalah para budak kulit hitam. Ia mencurahkan perhatian serta kasih sayangnya kepada mereka yang diperlakukan secara tidak adil oleh masyarakat.
Para majikan pemilik budak berusaha menghalang-halangi karya romo Claver dan banyak orang mencelanya, namun imam Jesuit ini tidak peduli. Meski menurut mereka para budak itu tidak akan pernah memiliki iman, Petrus Claver justru membuktikan bahwa pendapat itu adalah salah.
Romo Claver tidak pernah lelah mendesak para majikan budak untuk lebih memperhatikan kesejahteraan para budak dan memperlakukan mereka dengan lebih manusiawi. Ia juga memperingatkan mereka agar menjalani hidup sebagai umat Kristiani yang lebih baik. Karena hal ini maka ia sangat tidak disukai dan bahkan dibenci oleh para Baron (pemilik perkebunan/tuan tanah/pemilik para budak).
Empat tahun terakhir dalam hidupnya, Petrus Claver menderita sakit yang demikian hebat hingga ia harus tinggal terus dalam kamarnya. Ia bahkan tidak dapat merayakan Misa. Sebagian besar orang telah melupakannya, tetapi romo Claver tidak pernah mengeluh. Pada tanggal 8 September 1654, ketika gereja membunyikan lonceng kematiannya, sekonyong-konyong seluruh kota terjaga. Mereka segera menyadari bahwa mereka telah kehilangan seorang kudus yang selama ini tinggal diantara mereka. Sejak saat itu, ia tidak pernah lagi dilupakan.
St. Petrus Claver dinyatakan kudus pada tahun 1888 oleh Paus Leo XIII.