Santo Petrus Kanisius

  • infokatolik
  • Sep 10, 2024

Para Kudus – 21 Desember

Hammer of Protestantism, Second Apostle of Germany

Santo Petrus Kanisius atau Peter Kanis dilahirkan di Nijmegen Belanda pada 8 Mei 1521. Ayahnya adalah seorang walikota dan ia menghendaki agar Peter kelak menjadi seorang pengacara. Untuk menyenangkan hati ayahnya, Petrus muda mulai belajar ilmu hukum di Köln, Jerman. Dia adalah seorang mahasiswa yang sangat cerdas dan dengan cepat menyelesaikan pendidikannya. Pada usianya yang baru 19 tahun, ia telah menggapai gelar Master.

Di Kota Köln inilah, Petrus bertemu dengan Santo Petrus Faber yang kemudian menjadi pembimbing rohaninya. Faber adalah seorang seorang imam Jesuit yang terkenal dengan kotbah-kotbahnya yang mengagumkan. Ketika Petrus Kanisius mendengarkan Pastor Faber berkotbah, panggilan Tuhan segera bergema didalam hatinya. Ia merasakan bahwa hidupnya bukan lagi untuk dunia ini. Ia ingin mempersembahkan segalanya bagi Tuhan. Ia ingin menjadi seorang Jesuit seperti Petrus Faber.

Sebagai umat Katholik yang lahir dan hidup di awal gerakan reformasi Protestan, Petrus Kanisius menyaksikan pergolakan hebat dalam tubuh pengikut Kristus. Dan kini ia menyaksikan Santo Petrus Faber sebagai seorang pengkotbah yang mampu membendung gerakan Protestan dan membangkitkan kembali semangat umat khatolik. Petrus lalu meninggalkan keriernya dibidang hukum dan bergabung dengan Serikat Yesus pada tanggal 8 mei 1543. Setelah beberapa tahun dilewatkannya dengan belajar dan berdoa, ia ditahbiskan sebagai seorang imam pada tahun 1546.

St. Ignatius de Loyola yang melihat ketaatan dan semangat yang bernyala-nyala dalam diri Petrus Kanisius, kemudian mengutusnya ke Jerman. Disana Petrus berkarya dengan luar biasa selama empat puluh tahun. Ia mendirikan Biara Serikat Jesus pertama di Jerman. Ia juga menjadi seorang pengkhotbah yang dikagumi. Saat Konsili Trente digelar, Petrus dipanggil kembali ke Roma. Selama enam bulan tiggal di Roma, Petrus mengisi waktunya dengan mengajar di Kolese Yesuit pertama di Messina dan merintis pembaharuan universitas di Ingolstadt, Bavaria.

Setelah Jerman, Petrus menerima perutusan baru ke Wina Austria dengan tugas yang sama seperti yang pernah ia kerjakan di Jerman. Pengaruhnya di Wina sangat besar. Ia menunjukkan, bahwa cara terbaik memperjuangkan iman ialah bukan dengan kekerasan, tetapi dengan berdoa dan bekerja keras. Karena itu dengan gemilang ia sukses menyelamatkan banyak penduduk Jerman dari bidaah-bidaah pada masa itu dan membawa kembali mereka yang telah menerima ajaran-ajaran sesat ke pangkuan Gereja Katolik.

Karya-karyanya yang sangat menyolok : Ia mendirikan sekolah, kolese serta seminari, mengajar, berkhotbah, dan menguatkan para rohaniwan yang mengalami krisis panggilan. Tentang pewartaan Injil, ia mengatakan : “Membela gereja di tanah sendiri sama penting dengan melebarkan gereja di tanah misi “.

Ia berpandangan jauh ke depan, sehingga ia menaruh minat besar pada penerbitan. Ia menyadari bahwa buku dan majalah sangat besar pengaruhnya. Maka ia memberikan dorongan kuat pada karya penerbitan.

Meskipun banyak kesibukannya, St. Petrus Kanisius masih sempat juga menulis banyak buku tentang iman. Ia menyadari betapa pentingnya buku itu. Jadi, ia mengadakan kampanye untuk menghentikan diperjual-belikannya buku-buku yang menyesatkan. Sementara itu, ia melakukan segala daya upaya untuk menyebarluaskan buku-buku yang baik, yang mengajarkan iman. Dua buah buku katekismus yang ditulis oleh St. Petrus Kanisius menjadi demikian disukai hingga harus dicetak ulang lebih dari duaratus kali dan diterjemahkan ke dalam limabelas bahasa.

Jesuit yang mengagumkan ini tutup usia dalam sebuah kolese yang ia dirikan di Fribourg, Swiss. Ia dinyatakan sebagai beato pada 1864 oleh Paus Pius IX. Pada tahun 1925 Petrus Kanisius dikanonisasi dan dinyatakan sebagai seorang Doktor Gereja oleh Paus Pius XI.

Related Post :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *