Para Kudus – 5 Desember
Sabbas the Sanctified, Sabas of Mar Saba, Sabas the Great
Sabas, yang dilahirkan pada tahun 439, adalah salah seorang dari rahib Palestina yang termasyhur. Ayahnya seorang pejabat dalam dinas militer. Ketika ayahnya harus pergi ke Alexandria, Mesir, ia menitipkan puteranya yang masih kecil kepada saudara iparnya. Namun karena bibinya memperlakukannya dengan buruk, Sabas kecil melarikan diri ke rumah pamannya yang lain. Kemudian timbul pertengkaran di antara kedua pamannya itu karena memperebutkan hak asuh Sabbas karena menginginkan uang kiriman dari ayah Sabbas. Sabas merasa tidak tenang. Ia lebih senang melihat semua orang hidup dalam damai. Jadi, ia melarikan diri lagi dan tinggal di sebuah biara.
Kedua pamannya merasa malu atas perbuatan mereka. Mereka meminta Sabas untuk kembali dan mereka berjanji akan memberikan kepadanya semua hak warisannya. Tetapi, Sabas merasa berbahagia tinggal di biara. Ia tidak mau meninggalkannya. Meskipun di biara ia menjadi rahib yang paling muda, tetapi dialah yang paling tekun berdoa.
Ketika usianya delapanbelas tahun, Sabas pergi ke Yerusalem. Ia ingin mencoba hidup bertapa sendirian bersama Tuhan saja. Namun ia dinasehati agar tinggal di biara untuk sementara waktu oleh sebab ia masih amat muda untuk menjadi seorang pertapa. Sabas taat dan dengan sukacita mengerjakan semua pekerjaan berat dalam biara. Ia membelah kayu untuk perapian dan memikul ember air yang berat. Suatu hari, St. Sabas diutus ke Alexandria untuk menemani seorang rahib. Di sana, ia berjumpa dengan ayah ibunya! Orangtuanya berupaya dengan segala cara agar Sabas mau meninggalkan kehidupan asketisnya dan tinggal bersama mereka. Mereka ingin agar Sabas menikmati kehormatan duniawi yang sama seperti yang telah diperoleh ayahnya. Namun tidak demikian dengan Sabas! Ia bahkan tidak mau menerima uang yang mereka coba berikan kepadanya. Akhrinya, Sabas menerima juga tiga keping emas. Ketika ia tiba kembali di biaranya, diserahkannya kepingan-kepingan emas itu kepada kepala biara.
Pada akhirnya, selama empat tahun Sabas dapat juga menikmati hidup sendirian bersama Tuhan saja, seperti yang didambakannya. Tetapi, sesudah itu ia harus memulai sebuah biara baru. Banyak murid datang kepadanya untuk menjadi rahib. Tak lama kemudian, St. Sabas diserahi tanggungjawab atas semua rahib di Palestina.
Sekali waktu Sabas diutus kepada kaisar untuk masalah-masalah Gereja yang penting. Meskipun demikian, Sabas tetap mengenakan jubah sederhananya dan tetap setia pada jam-jam doanya. Banyak mukjizat terjadi melalui doa St Sabbas; saat masa kekeringan di biara; mata air menggenang, selama waktu kekeringan, ada hujan berlimpah, dan Doa Santo Sabbas juga menyembuhkan banyak orang sakit dan kerasukan.
St.Sabas wafat dengan penuh kedamaian pada tahun 532. Ia dimakamkan di halaman biara yang didirikannya; yang masih berdiri hingga saat ini dan dikenal dengan nama Biara Mar Saba (Biara Santo Sabbas).
Pada abad ke-12 para Crusaders (Tentara Salib) mengambil Relikwi Santo Sabbas lalu membawanya ke Roma. Relikwi orang suci ini tersimpan di Roma selama delapan ratus tahun sampai pada tahun 1965 Paus Paulus VI mengembalikannya ke biara Mar Saba di Yerusalem sebagai wujud nyata dari niat baik dan semangat persaudaraan Gereja Katolik Roma pada saudaranya Gereja Katolik Ortodoks.