Santo Yosef dari Cupertino

  • infokatolik
  • Mar 26, 2024

Para Kudus – 18 September

Santo Yosef dari Cupertino
Giuseppe da Copertino, Joseph Desa, Joseph of Copertino, The Flying Friar, Santo yang bisa terbang

Santo Yosef Cupertino dilahirkan pada tanggal 17 Juni 1603 di Italia. Ia berasal dari keluarga yang sangat miskin. Ayahnya, Felice Desa adalah seorang tukang kayu miskin yang meninggal sebelum ia lahir. Ketika ibunya sedang hamil tua; para rentenir datang menyita rumah mereka dan mengusir ibunya. Jadilah Joseph kemudian lahir dalam sebuah kandang kuda.

Mulai usia delapan tahun, joseph mulai sering menerima penglihatan yang membuatnya mengalami ektase, terpana dan berlama-lama menatap ke luar angkasa. Ibunya dan masyarakat yang tidak mengerti apa yang dialaminya; menganggap Yosef sebagai anak aneh yang lamban dan menyusahkan saja. Mereka memperlakukannya dengan sangat buruk.

Seringnya mengalami ektase membuat yosef tumbuh menjadi seorang remaja yang amat lamban serta pelupa. Ia sering terlihat berjalan dengan diam tanpa arah tujuan yang jelas. Tetapi karena perlakuan dan hinaan yang sering diterimanya; ia juga tumbuh menjadi seorang yang pemarah, jadi ia tidak begitu disenangi.

Yosef pernah belajar membuat sepatu, tetapi gagal karena ektase yang sering dialaminya membuat ia tidak dapat berkonsentrasi dalam pekerjaan itu. Kemudian suatu saat ia minta ijin untuk masuk biara Fransiskan. Namun ia tidak diterima karena kurang berpendidikan. Joseph tidak patah arang; ia kemudian mencoba melamar pada biara Fransiskan Kapusin dan ia diterima sebagai seorang saudara awam pada tahun 1620. Namun trance yang sering dialiaminya membuatnya tidak cocok untuk bekerja dalam biara. Ia kerap menjatuhkan tumpukan piring-piring dan terus-menerus lupa melakukan apa yang diperintahkan kepadanya. Delapan bulan kemudian ia dianjurkan untuk meninggalkan biara itu.

Ibunya tidak senang dengan kepulangan Yosef. Ia kemudian mencarikan pekerjaan bagi Yosef sebagai seorang pesuruh di biara Fransiskan. Yosef diberi sebuah jubah Fransiskan untuk dikenakan dan diserahi tugas untuk merawat kuda-kuda biara. Bekerja di kandang membuat Yosef mulai berubah. Ia menjadi lebih lembut serta rendah hati. Ia lebih berhati-hati dan berhasil dalam pekerjaannya. Ia juga mulai melakukan silih dengan keras. Pemimpin biara memutuskan bahwa Yosef dapat diterima menjadi seorang biarawan dan memintanya untuk segera mulai belajar menjadi seorang imam.

Meskipun Yosef seorang pekerja yang tekun, namun ia sering mengalami masalah dalam hal belajar. Tetapi Yosef percaya penuh akan pertolongan Tuhan yang sering dia lihat dalam penglihatan-penglihatan yang diterimanya. Akhirnya Yosef berhasil menyelesaikan studinya dan ditahbiskan juga menjadi seorang imam dari Ordo Fransiskan.

Hidup romo Joseph menjadi serangkaian mukjizat, visi dan ekstase dalam Roh Kudus. Ia bisa langsung masuk ke alam ekstese di setiap waktu atau tempat bila dipicu oleh suara lonceng gereja, suara Koor digereja, penyebutan nama Allah, Bunda Maria atau nama orang suci, perenungan setiap peristiwa jalan salib, Passion suci, gambar-gambar para suci, pikiran tentang kemuliaan di surga dll. Tapi dia akan kembali ke alam ini saat mendengar suara atasannya memanggil. Ia menjadi seorang yang amat kudus dan sepenuhnya larut dalam kebersamannya dengan Tuhan. Segala sesuatu yang ia lihat didunia ini selalu membuatnya berpikir tentang Tuhan; dan bila ia mulai khusuk meresapi keberadaan Tuhan maka seketika itu juga ia bisa masuk ke alam ektase rohani dan dipenuhi dengan Roh Kudus.

Puluhan kali sudah orang-orang melihatnya terangkat dari tanah ketika ia sedang mempersembahkan Misa atau ketika sedang berdoa dengan khusuk; sebuah keadaan yang bahkan ia sendiri tidak menyadarinya. Sebagian orang mengatakan bahwa St. Joseph akan melayang setiap kali ia mempersembahkan misa. Hal ini menjadikannya demikian terkenal sehingga ia harus disembunyikan untuk mencegahnya menjadi bahan tontonan. Bila romo Joseph mempersembahkan misa maka gereja akan penuh sesak oleh umat yang membludak.

Selama 35 tahun sisa hidupnya Joseph kemudian “diasingkan” dan diminta untuk tidak menghadiri paduan suara (karena apabila mendengar paduan suara Gereja yang merdu maka ia bisa segera trance dan sering mulai melayang di udara). Ia juga dicegah untuk pergi ke ruang makan umum, berjalan dalam prosesi rohani, bahkan ia dilarang untuk mengadakan misa bagi umat di gereja.

Biaranya meminta ia untuk tinggal di sebuah kamar “khusus” dengan sebuah kapel pribadi yang disediakan khusus baginya untuk merayakan misa harian. Sungguhpun merasa sedih karena hal ini sama saja dengan diasingkan; namun pengasingan ini juga membuatnya merasa berbahagia karena memberinya kesempatan untuk sendiri bersama Kristus yang amat dikasihinya.

Dalam “sel” pengasingannya ia sempat menulis kepada seorang teman tentang waktu-waktu sulit yang ia lalui di dalam “tahanan” :

“Saya banyak mengeluh kepada Tuhan tentang diri-NYA. Aku telah meninggalkan segala sesuatu bagi-Nya, dan DIA, bukannya menghibur saya, malah saya dikirim ke dalam penderitaan manusia..”
Ia melanjutkan: “Suatu hari, ketika saya menangis dan meratap dalam sel saya, seorang malaikat mengetuk pintu sel saya. Saya tidak menjawab, tetapi ia masuk ke kamar saya dan berkata : “Romo Joseph, bagaimana kabarmu ..?”
“Saya di sini untuk melayani anda, ” jawabku.
“Saya pikir Anda tidak memiliki jubah ” lanjutnya.
“Ya, saya punya satu, tapi sudah lusuh,” jawab saya.
Kemudian, malaikat yang tidak kuketahui namanya itu memberiku sebuah jubah, dan ketika aku mengenakannya, semua putus asa saya seketika lenyap. Tidak ada yang pernah tahu siapa malaikat itu..”

Kejadian ini menyadarkan Joesph bahwa Yesus tidak pernah meninggalkannya sendirian. Suatu hari tanggal 18 September 1663 Yesus datang dan membawa romo Joseph yang saat itu berusia enam puluh tahun untuk pulang ke surga.

St. Yosef Cupertino dinyatakan kudus oleh Paus Klemens XIII pada tahun 1767.

Related Post :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *