Pada suatu hari ada seorang tukang sulap yang masuk ke suatu ruangan. Dia melihat seekor tikus yang mendekam di pojok ruangan itu dan tidak bergerak.
Tukang sulap itu kemudian bertanya, “Tikus, kenapa kamu diam saja mendekam dipojokan?”
Tikus itu menjawab, “Saya takut!”
“Takut sama siapa?” tanya tukang sulap kemudian.
“Takut sama kucing.” Lalu tukang sulap itu berkata, “Kamu mau saya jadikan kucing?”
“Mau,” katanya. Maka dijadikanlah tikus itu menjadi kucing. Tetapi tetap saja kucing itu mendekam dipojokan lagi. Lalu ditanya lagi oleh tukang sulap, “Kenapa kamu tetap saja di situ?”
Kucing itu menjawab, “Saya takut”.
“Takut apalagi?” tanya tukang sulap bingung.
“Saya takut kepada anjing,” jawab kucing itu.
“Mau kamu saya jadikan anjing?” tanya tukang sulap itu lagi.
“Mau.” Maka dijadikanlah kucing itu menjadi anjing.
Tetapi tetap saja anjing itu mendekam dipojokan itu. Lalu ditanya lagi oleh tukang sulap, “Mengapa kamu tetap saja di situ?”
“Saya takut!” jawab anjing itu.
“Takut kepada siapa lagi?” tanya tukang sulap.
“Takut kepada harimau,” jawab anjing itu.
“Mau kamu saya jadikan harimau?” tanya tukang sulap itu lagi.
“Mau.” Maka dijadikanlah anjing itu menjadi harimau oleh tukang sulap itu. Tetapi harimau itu tetap saja mendekam dipojokan ruangan.
Akhirnya tukang sulap itu berkata, “Maaf kawan, saya tidak bisa membantu kamu lagi, karena meskipun tampilanmu harimau, tetapi hatimu tetap hati seekor tikus.”
***
Apa makna Pentakosta bagi kita para murid Kristus? Apa makna konkrit turunnya Roh Kudus bagi kita pada zaman sekarang?
Secara konkrit kita dipanggil dan diutus untuk memberikan dan membagikan sukacita dan damai kepada banyak orang. Kita diajak untuk juga bisa menghidupi iman kita yang menjadi sumber kegembiraan kita, tetapi juga menerangkan iman kepercayaan dengan cara yang bisa dimengerti oleh orang lain dengan pola hidup kita, membagikan sukacita dan cinta kasih ini, bukan hanya untuk kelompok kita sendiri tetapi untuk banyak orang. Kita diutus bersama-sama untuk hidup beradab dan hidup kita yang beradab tidak dihanyutkan oleh kekuatan-kekuatan yang menyusutkan kemanusiaan. Justru hidup kita mengangkat kemanusiaan itu untuk memberikan sukacita dan damai.
Marilah kita mohon supaya Gereja kita tidak menjadi Gereja yang mandek, mendekam terus seperti makhluk itu, tetapi menjadi Gereja yang hidup, menjadi umat yang berani dan rajin berbuat baik, demi kebaikan bersama.
Renungan Harian lainnya dapat dibaca di Sejenak Eling