The Empty Chair

  • infokatolik
  • Sep 06, 2024

 

Seorang gadis telah meminta pastor untuk datang ke rumahnya dan berdoa untuk ayahnya. Ketika pastor itu tiba, ia mendapati orang tua tersebut terbaring di tempat tidur dengan kepala bersandar pada dua buah bantal. Sebuah kursi kosong tersedia di sisi tempat tidurnya. Pastor tersebut mengira bahwa bapak tua itu telah diberitahu tentang kedatangannya.

“Saya rasa Bapak mengharapkan kedatangan saya,” kata Pastor memulai percakapan.

“Tidak, tidak,… siapakah Anda?”

Pastor lalu memperkenalkan diri dan kemudian berkomentar, “Saya melihat sebuah kursi kosong, saya pikir Bapak tahu saya akan datang, dan menyiapkan sebuah kursi untuk saya.”

“Ooh…yaaa,.. kursi itu…,” kata pak tua yang tak bisa meninggalkan tempat tidurnya.
“Bisa tolong tutup pintu itu?!”

Walaupun bingung, Pastor menutup pintu lalu kembali mendekati ke tempat tidur.

“Saya tak pernah bercerita tentang hal ini kepada siapa pun, termasuk kepada putri saya,” kata pak tua memulai pembicaraan.
“Sepanjang hidup saya, saya tidak pernah tau cara berdoa. Di gereja, saya biasa mendengar pastur bicara tentang doa, tetapi hal itu berlalu begitu saja dari kepala saya. Saya kurang tekun berdoa sampai pada suatu hari, kira-kira empat tahun yang lalu, sahabat karib saya berkata,

“Johny…, doa adalah sesuatu yang sederhana, melakukan percakapan dengan Yesus. Inilah saranku : Duduklah di sebuah kursi, lalu letakkanlah sebuah kursi kosong di hadapanmu, dan percayalah bahwa engkau melihat Yesus duduk di kursi tersebut. Ini bukan hal yang menakutkan, seolah-olah berbicara dengan hantu, karena Dia telah berjanji, Aku akan selalu bersamamu. Berbicaralah kepada-Nya, seperti halnya kamu berbicara kepadaku saat ini.

Maka saya mencobanya dan saya sangat menyukainya sampai saya melakukannya dua jam setiap hari. Walaupun begitu, saya tetap bertindak dengan hati-hati. Sebab, jika putri saya melihat saya berbicara dengan kursi kosong, dia mungkin kaget bahkan shock atau malah mengirim saya ke rumah sakit jiwa.”

Pastur benar-benar terhanyut oleh cerita tersebut. Ia memberi semangat kepada pak tua itu untuk melanjutkan caranya yang unik itu. Ia berdoa dengannya, mengolesinya dengan minyak sebagaimana layaknya Sakramen Perminyakan diberikan, lalu kembali ke gereja.

Dua malam kemudian, putri dari pak tua itu menelepon pastur. Ia memberitahukan bahwa ayahnya telah meninggal pada sore hari.

“Apakah ia meninggal dalam damai?” tanya pastur.
“Ya. Ketika saya meninggalkan rumah kira-kira jam dua, papa memanggil saya untuk mendekat ke tempat tidurnya. Ia mengatakan bahwa ia menyayangi saya, lalu mencium pipi saya. Sewaktu saya kembali dari toko satu jam kemudian, saya mendapatinya sudah meninggal. Tetapi, ada sesuatu yang aneh pada kematiannya.”
“Apa itu?”

“Kelihatannya, sesaat sebelum papa meninggal, ia menyandarkan dan mengistirahatkan kepalanya di kursi yang tersedia di sebelah tempat tidur. Bagaimana pendapat pastur?”

Pastur menyeka air mata yang menggenang di pelupuk matanya.

“Saya berharap, kita semuanya bisa ‘pergi’ seperti itu,” kata Pastur perlahan.

***

Tuhan, ke dalam tangan-Mu, kuserahkan diriku.

Related Post :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *