Yesus Kristus berkata, bahwa Ia tidak pernah menonton pertandingan sepak bola, karena itu kami membawaNya ke sebuah pertandingan. Pertandingan itu adalah antara kesebelasan Protestan dan kesebelasan Katolik.
Kesebelasan Katolik mencetak gol terlebih dahulu. Yesus bersorak dengan gembira dan melemparkan topinya tinggi-tinggi. Tetapi kemudian kesebelasan Protestan berhasil mencetak gol juga, membuat kedudukan menjadi sama, dan Yesus pun bersorak lagi dan melemparkan topinya ke udara.
Ini membingungkan pria di belakangNya. Dia menepuk bahu Yesus dan bertanya, “Kesebelasan mana yang kamu dukung, sobat?”
Lalu jawab Yesus, yang mulai tertarik oleh pertandingan itu, “Ooh.. saya tidak mendukung salah satunya. Saya di sini hanya untuk menonton.”
Orang yang bertanya itu menoleh ke orang di sebelahnya dan mengatakan, “Hmmm.. orang atheis.”
Ketika pulang kami memberi gambaran singkat kepada Yesus, mengenai keadaan keagamaan dunia saat ini. Kami berkata, “Orang-orang beragama sekarang ini, lucu Tuhan. Mereka selalu cenderung beranggapan, bahwa Tuhan hanya ada di pihak mereka, dan melawan pihak lainnya.”
Yesus setuju, katanya, “Itulah sebabnya saya tidak mendukung agama-agama. Saya mendukung orang. Orang adalah lebih penting daripada agama. Orang lebih penting daripada hukum Sabat.”
“Engkau harus hati-hati mengucapkan kata-kata itu,” salah seorang dari kami berkata dengan prihatin.
“Engkau dahulu disalibkan karena mengatakan hal-hal itu.”
“Ya.. dan oleh orang-orang saleh,” kata Yesus sambil tersenyum kecut.
***
Yesus yang di salib.
Setelah Yesus diikat seperti seorang penjahat, dia dibawa kepada Hanas. Hanas menjabat sebagai imam besar, ketika pada saat Yesus masih kecil, Dia yang membuat para guru di bait Allah terkesan. Hanas menanyai Yesus seputar ”tentang murid-muridnya dan tentang ajarannya”. Hanas lalu menyuruh agar Yesus dibawa kepada menantunya, Kayafas. Para anggota Sanhedrin, yaitu imam besar, para pemimpin orang Yahudi, dan para ahli Taurat, telah berkumpul di rumah Kayafas. Pengadilan ini sebenarnya ilegal karena diadakan pada malam Paskah, tapi mereka tidak peduli. Mereka ingin menjalankan rencana jahat mereka.
Orang-orang itu memang sudah lama membenci Yesus. Setelah Yesus membangkitkan Lazarus, para anggota Sanhedrin sepakat bahwa dia harus dibunuh. Makanya mereka mencari berbagai cara untuk menangkap Yesus dan menghabisi dia. Jadi bahkan sebelum pengadilan itu dimulai, Yesus sebenarnya sudah divonis mati!
Untuk memuluskan rencananya, orang-orang Yahudi membawa Yesus ke istana Pilatus, pada mulanya mereka menuduh Yesus sebagai musuh Kaisar. Tapi karena Pilatus tidak percaya. Maka kemudian mereka menuduh Yesus melanggar hukum agama Yahudi. Tuduhan ini sudah mereka pakai saat Yesus diadili oleh Sanhedrin. ”Kami punya hukum,” kata mereka, ”dan menurut hukum kami, dia harus mati, karena dia menyebut dirinya putra Allah.” Itu alasan mereka untuk menghukum Yesus.
Itulah rekayasa politik; tuduhan, tuntutan sampai vonis hukuman mati pada Yesus merupakan sebuah rekayasa, yang bersumber dari kebencian dan rasa iri para pemuka, orang-orang Farisi dan pemimpin-pemimpin Yahudi. Mereka merasa tidak nyaman dengan kehadiran Yesus. Posisi mereka tersaingi, kedudukan mereka terancam, dan hak-hak istimewa yang mereka dapat dari status mereka secara perlahan sirna. Orang-orang lebih mempercayai Yesus, reputasinya membuat orang-orang Farisi dan imam-imam kepala tersingkir. Api dendam dan iri hati semakin tersulut karena adanya kepentingan-kepentingan politik di kalangan pembesar bangsa Yahudi. Itulah yang pada akhirnya menyebabkan Yesus dihukum mati, disalibkan!
Renungan Harian lainnya dapat dibaca di Sejenak Eling