Seorang Pendeta telah berkotbah tentang tangga Yakob, dan putranya sangat terkesan. Beberapa hari kemudian dia memberitahu ayahnya, bahwa dia bermimpi tentang khotbah itu.
“Apa yang kamu lihat dalam mimpi kamu, nak?”
Jawab anak laki-laki itu, “Saya bermimpi bahwa saya melihat tangga yang menjulang ke atas sampai ke awan. Pada kaki tangga terdapat banyak batang kapur dan tak seorang pun diizinkan untuk naik tanpa mengambil sebatang kapur, yang akan digunakan untuk memberi tanda pada setiap anak tangga atas, setiap dosa yang telah dilakukannya.”
“Sangat menarik nak, lalu apalagi?”
“Saya pikir saya bisa naik ke atas, tapi sebelum saya naik terlalu tinggi, saya mendengar seseorang turun.”
“Siapakah orang itu?” tanya sang ayah.
“Ayah,” jawab anak itu.
“Saya? Untuk apa saya turun?”
“Untuk mengambil lebih banyak kapur!”
Seringkali, kita banyak memberikan nasehat kepada orang lain, sering kali kita merasa lebih suci dari orang lain, seringkali kita pandai berkata-kata mengenai contoh tauladan. Tetapi ketika kita berani mengambil cermin untuk introspeksi diri, bertanyalah kita apakah kita adalah manusia yang paling suci, yang paling benar, yang paling baik, tidak berdosa.
Mungkin kitalah yang paling buruk di antara semuanya.