Seorang mahasiswa yang sangat berminat pada Dunia Ketiga pergi ke India. Namun, dalam waktu singkat, dia mengalami benturan kebudayaan. Segala sesuatu menjadi sangat menjengkelkan dia ; iklim, makanan, kondisi hidup, wajah-wajah aneh yang misterius di sekitarnya. Tapi hal yang membuatnya marah sebenarnya adalah hal yang remeh. Mereka memberinya sebuah kamar, dan ketika pindah ke sana dia membaca setiap sudut dan celah dan sangat terkejut ketika dia melihat seekor tokek yang besar, gemuk dan jelek.
Dia menjadi sangat marah, “Saya tidak mau hidup dengan makhluk itu.” Jadi, dia mencoba menangkap makhluk itu dengan berbagai cara, tapi sia-sia. Akhirnya tokek itu sembunyi di balik lemari. Mahasiswa itu terlalu tinggi hati untuk meminta bantuan dari orang lain. Namun, dalam kebingungan yang tak beralasan ini, tiba-tiba muncul gagasan bagus dari otaknya, yakni untuk berteman dengan tokek itu. Awalnya memang tidak mudah.
Hal pertama yang dilakukannya bila ia memasuki ruangan adalah mencari tokek itu. Setelah itu dia bahkan memberinya nama. Dalam waktu singkat, tokek itu hampir menjadi teman bercakap-cakap.
Kemudian dia juga mulai mencatat beberapa kebaikan dari tokek itu, misalnya bahwa dia mengurangi jumlah nyamuk di ruangan itu.
Setelah beberapa saat, mahasiswa itu mulai menyadari bahwa masalah yang dahulu muncul tidak berasal dari lingkungan di sekitarnya tapi dari dalam dirinya sendiri.
***
Sebelum mencapai tahap mencintai apalagi sampai menyerahkan jiwa raga, kita harus dimulai dari mengenal. Untuk bisa mengenal satu-satunya Allah yang benar, maka dapat dengan melalui mengenal Yesus Kristus. Mengenal untuk dikuasai dan diresapi oleh Roh Kudus yang berasal dari Bapa dan Putera. Mengenali dalam Kitab Suci berarti masuk dalam hubungan cinta yang sedalam-dalamnya.
Hidup kekal sama dengan mengenali Bapa dan Putera, mengenaliNya dalam Kitab Suci, itu berarti melakukan pengenalan dan pergaulan yang paling intim pada manusia. Pergaulan paling intim dengan Bapa dan Putera, Allah satu dalam ketigapribadian berarti : pengetahuan yang tidak lagi dari ilmu, melainkan dari pengalaman iman pribadi yang paling dalam dan persatuan hidup dalam Roh, karena Allah adalah Roh murni, tetapi juga Pencipta, lebih besar mengatasi segala, tetapi juga lebih dalam meresapi hati, rasa, tubuh manusia, dengan cinta-Nya yang merangkum segala : jiwa dan raga, masa lalu, masa kini, dan masa depan.
Dari situ kita menyadari bahwa masalah mencintai dan mengenal Bapa bukan berasal siapa-siapa, bukan masalah dari lingkungan sekitar kita, namun dari dalam diri sendiri.
Renungan Harian lainnya dapat dibaca di Sejenak Eling