Hari Biasa, Minggu Biasa XXVI. “Perjuangan Tanpa Kekerasan”

  • infokatolik
  • Oct 08, 2024

Hari Biasa, Minggu Biasa XXVI. “Perjuangan Tanpa Kekerasan”, Kamis, 3 Oktober 2019

Maria Guadalupe Ricart Olmos

Bacaan Hari ini, Tahun Liturgi C.

Bacaan Pertama

Nehemia 8:2-5a.6-7.8b-13

Maka serentak berkumpullah seluruh rakyat di halaman di depan pintu gerbang Air. Mereka meminta kepada Ezra, ahli kitab itu, supaya ia membawa kitab Taurat Musa, yakni kitab hukum yang diberikan TUHAN kepada Israel. Lalu pada hari pertama bulan yang ketujuh itu imam Ezra membawa kitab Taurat itu ke hadapan jemaah, yakni baik laki-laki maupun perempuan dan setiap orang yang dapat mendengar dan mengerti. Ia membacakan beberapa bagian dari pada kitab itu di halaman di depan pintu gerbang Air dari pagi sampai tengah hari di hadapan laki-laki dan perempuan dan semua orang yang dapat mengerti. Dengan penuh perhatian seluruh umat mendengarkan pembacaan kitab Taurat itu. Ezra, ahli kitab itu, berdiri di atas mimbar kayu yang dibuat untuk peristiwa itu. Di sisinya sebelah kanan berdiri Matica, Sema, Anaya, Uria, Hilkia dan Maaseya, sedang di sebelah kiri berdiri Pedaya, Misael, Malkia, Hasum, Hasbadana, Zakharia dan Mesulam. Ezra membuka kitab itu di depan mata seluruh umat, karena ia berdiri lebih tinggi dari semua orang itu. Pada waktu ia membuka kitab itu semua orang bangkit berdiri. Lalu Ezra memuji TUHAN, Allah yang maha besar, dan semua orang menyambut dengan: “Amin, amin!”, sambil mengangkat tangan. Kemudian mereka berlutut dan sujud menyembah kepada TUHAN dengan muka sampai ke tanah. Juga Yesua, Bani, Serebya, Yamin, Akub, Sabetai, Hodia, Maaseya, Kelita, Azarya, Yozabad, Hanan, Pelaya, yang adalah orang-orang Lewi, mengajarkan Taurat itu kepada orang-orang itu, sementara orang-orang itu berdiri di tempatnya. Bagian-bagian dari pada kitab itu, yakni Taurat Allah, dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan, sehingga pembacaan dimengerti. Lalu Nehemia, yakni kepala daerah itu, dan imam Ezra, ahli kitab itu, dan orang-orang Lewi yang mengajar orang-orang itu, berkata kepada mereka semuanya: “Hari ini adalah kudus bagi TUHAN Allahmu. Jangan kamu berdukacita dan menangis!”, karena semua orang itu menangis ketika mendengar kalimat-kalimat Taurat itu. Lalu berkatalah ia kepada mereka: “Pergilah kamu, makanlah sedap-sedapan dan minumlah minuman manis dan kirimlah sebagian kepada mereka yang tidak sedia apa-apa, karena hari ini adalah kudus bagi Tuhan kita! Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena TUHAN itulah perlindunganmu!” Juga orang-orang Lewi menyuruh semua orang itu supaya diam dengan kata-kata: “Tenanglah! Hari ini adalah kudus. Jangan kamu bersusah hati!” Maka pergilah semua orang itu untuk makan dan minum, untuk membagi-bagi makanan dan berpesta ria, karena mereka mengerti segala firman yang diberitahukan kepada mereka.

Demikianlah sabda Tuhan.
Syukur kepada Allah

Mazmur Tanggapan

Mzm 19:8-11
Refr. Titah Tuhan tepat, menyenangkan hati.

– Taurat Tuhan itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan Tuhan itu teguh, memberikan hikmat kepada orang bersahaja.
– Titah Tuhan itu tepat, menyukakan hati; perintah Tuhan itu murni, membuat mata ceria.
– Takut akan Tuhan itu suci, tetap untuk selamanya; hukum-hukum Tuhan itu benar, adil selalu.
– Lebih indah daripada emas, bahkan daripada emas tua; dan lebih manis daripada madu, bahkan daripada madu-tetesan dari sarang lebah.

Bait Pengantar Injil

Mrk 1:15
Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil.

Bacaan Injil

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas 10:1-12

Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapapun selama dalam perjalanan. Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu. Tetapi jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu tidak diterima di situ, pergilah ke jalan-jalan raya kota itu dan serukanlah: Juga debu kotamu yang melekat pada kaki kami, kami kebaskan di depanmu; tetapi ketahuilah ini: Kerajaan Allah sudah dekat. Aku berkata kepadamu: pada hari itu Sodom akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu.”

Demikianlah Injil Tuhan.
Terpujilah Kristus

Renungan

Seperti anak-anak domba ke tengah-tengah serigala.

Situasi seperti ini selalu mengikuti para rasul, karena mereka harus melakukan semua tugas, di mana pun juga mereka berada, dalam situasi yang berat, gawat, penuh tantangan dan bahaya, namun semua dilakukan tanpa kekerasan.

Yesus yang dapat merobohkan musuhnya, yang sebenarnya dapat saja menggunakan kuasa-Nya, namun membiarkan diri diperlakukan seperti anak domba di tengah serigala. Dalam pengadilan agama, dalam negara, menghadapi saksi palsu, perlakuan menentang keadilan, dipukul, didera, diolok-olok, sampai disalib, Ia tidak membiarkan suatu tindak kekerasan terjadi untuk membela diri-Nya. Dan hasilnya : Ia mati dibunuh, tetapi sejak itu tumbuh kepercayaan, bahwa bukan tindak kekerasan yang menentukan, melainkan kebenaran akan selalu lebih kuat, yang bisa mengatasi sengsara dan maut. Kematian bahkan menjadi kesaksian paling besar dan paling kuat ; martir demi Agama itu penyebab kebenaran paling kuasa : itulah para rasul, juga semua pewarta, yang menjadi martir.

Perjuangan tanpa kekerasan di zaman kita

Seorang Mahatma Gandhi mempelopori bangsanya menuju kemerdekaan dengan perjuangan tanpa kekerasan, dengan gerakan yang disebut Satyagraha. Demikian juga ketika Gereja ditindas, dikejar di mana-mana, namun tetap saja hanya membenarkan perjuangan tanpa kekerasan. Ahli politik menganggap perjuangan tanpa kekerasan merupakan hal yang mustahil, tetapi gereja mengambil keputusan menjauhkan para imamnya dari jabatan politik aktif, dan juga biarawan-biarawati dari tindak kekerasan dengan senjata. Gereja seperti Kristus dan para rasul yang percaya akan guna dan kuatnya kesaksian yang berani, pantang mundur sampai mati. Gereja masih percaya, bahwa darah dari para martir merupakan benih-benih umat baru. Gereja tidak menjadi lemah karena kesaksian para martir (disiksa dan dibunuh), tetapi justru membangun diri dengan kekuatan yang dari dalam. Dan kalau perjuangan bangsa tanpa kekerasan, menang karena keyakinan, maka perjuangan umat tanpa kekerasan, namun berdasarkan iman, tetap akan menegakkan dan mengembangkan gereja sampai akhir zaman.

Berkah Dalem.

Related Post :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *