Nasruddin mempunyai beberapa kuda yang bagus-bagus di rumahnya. Dia sangat menyayangi kuda-kudanya itu dan dia sama sekali tidak berniat meminjamkan kuda-kudanya pada orang lain. Satu hari tetangga yang suka usil datang ke rumahnya dan bermaksud untuk meminjam sesuatu.
“Nasruddin, saya mau ke luar kota, tetapi kuda saya sedang sakit. Bolehkah saya pinjam kudamu untuk beberapa waktu?” tanya tetangganya itu.
Nasrudin tahu bahwa orang itu suka meminjam barang dari banyak orang dan dia termasuk orang yang suka usil mencampuri urusan orang lain. Makanya Nasruddin sama sekali tidak berniat untuk meminjamkan kudanya kepada tetangganya itu.
“Saya ingin sekali dapat meminjamkan kuda saya, sahabatku,” kata Nasruddin memulai kata untuk menghindar meminjamkan kudanya.
“Tapi sayang sekali, kudanya tidak ada di sini!” Nasruddin melanjutkan kata-katanya.
“Kawan, kawan…”
Hikkk…hikkk….
Bersamaan dengan itu terdengar suara ringkikan kuda yang keras dan panjang dari kandang. Tetangganya segera paham dengan apa yang terjadi.
“Wahh… payah kamu Nasruddin. Kamu berbohong kalau kudamu tidak ada. Itu barusan kudamu baru saja meringkik dari kandang,” protes tetangganya itu.
Nasruddin terlihat santai dan tidak kaget, dan dia juga tidak merasa tersinggung dengan komentar tetangganya itu.
“Temanku, kamu tuh lebih percaya sama Nasruddin atau sama binatang seperti seekor kuda itu?”
