Para Kudus – 12 Maret
Theofanus Martir Theophanes the Confessor, Theophanes the Chronographer
Santo Theofanus lahir sekitar tahun 758 di Konstantinopel (sekarang: Istambul, Turki) dalam keluarga bangsawan tinggi Kekaisaran Romawi Timur (Bizantium). Ayahnya adalah pangeran Ishak, Gubernur wilayah Kepulauan Laut Hitam. Sedangkan ibunya diketahui bernama Theodora. Ayahnya meninggal ketika ia baru berusia tiga tahun, karena itu Kaisar Konstantinus V atau Konstantinus Copronymus (740-775) mengambil alih perwalian atas dirinya. Theofanus dibawa kembali ke Konstantinopel dan dididik di sekolah khusus bagi para pangeran untuk menjadi pejabat di lingkungan istana.
Ketika berusia 12 tahun, Theofannus dipaksa menikah dengan puteri seorang bangsawan istana yang sangat berpengaruh. Mereka kemudian menikah, namun Theofanus yang bercita-cita menjadi seorang biarawan, berhasil meyakinkan isterinya untuk menjaga kemurniannya (White Marriage atau Marriage Blanc) dan tetap hidup sebagai perawan.
Setelah ayah mertuanya meninggal ditahun 799, Theofanus dan isterinya memutuskan untuk berpisah dan bersama-sama memasuki kehidupan religius. Bekas isterinya memilih menjadi biarawati di sebuah biara di sebuah pulau dekat Konstantinopel, sedangkan Theofanus masuk biara Polychronis di distrik Sigiane (sekarang Mysia – Turki). Di kemudian hari, Theofanus membangun sebuah biara di pulau Calonymus (sekarang Calomio) dan enam tahun kemudian ia mendirikan sebuah biara besar di Sigrino dimana ia kemudian terpilih menjadi Abbas (kepala biara) biara tersebut.
Theofanus menjadi seorang abbas yang sangat dihormati dan dicintai oleh para biarawannya. Walau berdarah bangsawan dan berasal dari istana, namun ia hidup bagai seorang pertapa sejati. Ia menjalani disiplin hidup membiara dengan ketat, rajin berdoa dan bermati-raga, serta menjalankan laku silih dengan sungguh-sungguh. Abbas Theofanus adalah teladan bagi semua anak-anaknya.
Pada tahun 787, abbas Theofanus diutus menghadiri Konsili Nicea II dan menjadi salah satu bapa gereja yang menanda-tangani keputusan konsili tersebut. Konsili Nicea II menghasilkan keputusan yang menegaskan pembenaran terhadap penghormatan melalui gambar-gambar Kudus. Hasil Konsili ini lalu ditentang oleh Kaisar Byzantium yang baru, Leo V (813-820). Konflik Iconoclasm pun pecah lagi dan kaisar Leo V berupaya melancarkan kampanye militer melawan para pendukung keputusan konsili Nicea II.
Kaisar memerintahkan untuk menjemput paksa abbas Theofanus dan dibawa ke Konstantinopel. Di istana, Leo V mencoba membujuk Theofanus untuk mengutuk hasil Konsili Nicea II yang telah ditanda-tanganinya. Theofanus menolak dan ia pun dilemparkan ke dalam penjara. Selama dua tahun Theofanus meringkuk dalam penjara bawah tanah yang pengap dan harus menjalani penderitaan hebat oleh perlakuan kejam dari para pengawal.
Pada tahun 817, Theofanus dibuang ke pulau pembuangan Samothrace. Tubuh Thefanus yang lunglai akibat penganiayaan dalam penjara, tidak sanggup lagi menghadapi alam pulau Samothrace yang keras. Ia hanya mampu bertahan hidup selama tujuh belas hari di pulau tersebut lalu tewas dengan mengenaskan.
Konflik Iconoclasm Jilid II yang dimulai oleh Kaisar Leo V, baru berakhir pada tahun 842 saat Maharani Theodora naik tahktah kekaisaran. Kaisar wanita ini berpendapat bahwa orang seharusnya bebas mempergunakan sarana patung, ikon dan gambar-gambar kudus apabila mereka menghendakinya. Ia lalu memulihkan penggunaan ikon dalam ibadah Gereja, memecat Patriark Yohanes VII dan menggantikannya dengan santo Methodius seorang pendukung hasil Konsili Nicea II.
Naiknya santo Methodius sebagai Patriark Konstantinopel menandai berakhirnya konflik ikonoklasme jilid II. Pada 11 Maret 843, satu minggu setelah menjadi patriark, Santo Methodius bersama dengan Maharani Theodora dan Pangeran Michael III berjalan dalam sebuah prosesi agung dari Gereja Blachernae ke Basillika Hagia Sophia. Di Basilika yang megah tersebut, mereka meresmikan pemulihkan penggunaan ikon-ikon dalam gereja. Peristiwa ini dianggap sebagai Restorasi Gereja Ortodoks, dan menjadi hari libur bagi Gereja Ortodoks Timur. Masih dirayakan sampai hari ini pada setiap tahun pada hari Minggu Pertama Puasa Agung, dan dikenal dengan sebutan hari “Kemenangan Ortodoks”.
Sumber : Santo Santa Gereja
Kisah Santo Santa Gereja lainnya dapat dibaca di Orang Kudus