Seorang Kristen menulis surat kepada editor surat kabar dan mengeluhkan kepada para pembaca bahwa dia merasa sia-sia telah pergi ke gereja setiap minggu. Dia menulis, “Saya sudah pergi ke gereja selama tiga puluh tahun dan selama itu saya telah mendengar lebih dari tiga ribu kotbah. Tetapi selama hidup, saya tidak bisa mengingat satu khotbah-pun. Jadi saya rasa, saya telah memboroskan begitu banyak waktu, saya sudah melakukan pekerjaan sia-sia, demikian pun para pastor itu, telah memboroskan waktu mereka dengan khotbah-khotbah itu.”
Surat pembaca ini kemudian memunculkan perdebatan yang hebat dalam kolom surat pembaca. Perdebatan itu berlangsung selama berminggu-minggu, sampai akhirnya ada seseorang pria yang menulis demikian :
“Saya sudah menikah selama tiga puluh tahun. Selama ini istri saya telah memasak sekitar 32.000 jenis masakan. Selama hidup berumah-tangga, saya tidak bisa mengingat satu pun jenis masakan-masakan itu, yang telah dilakukan oleh istri saya. Tetapi saya tahu bahwa masakan-masakan itu telah memberi saya kekuatan yang saya perlukan untuk bekerja. Seandainya istri saya tidak memberikan makanan itu kepada saya, maka saya sudah lama meninggal.”
Sejak itu tak ada lagi komentar yang membahas tentang kotbah.
***
Bacaan pada hari ini mengingatkan kita akan pentingnya memahami sabda Tuhan dan sekaligus mempraktekkan sabda Tuhan itu sendiri. Iman yang sejati selalu menghasilkan tindakan yang sesuai dengan apa yang dipercayai. Karena iman kita timbul dari pendengaran akan Sabda Tuhan, maka seharusnyalah segala perilaku hidup kita harus sesuai dengan Sabda Tuhan itu juga.
Ketika seseorang mendengarkan firman Tuhan namun tidak melakukannya maka ia mendasarkan kehidupannya sebatas pada apa yang ia lihat, rasakan dan pikirkan. Yesus berkata orang seperti ini adalah orang yang bodoh, karena hidupnya akan rapuh dan mudah goyah, terlebih saat situasi disekitarnya berubah menjadi sesuatu yang tidak dia harapkan. Kebodohan terjadi saat seseorang hanya mengandalkan apa yang fana dan tidak mempercayai Tuhan. Sesungguhnya tidak mungkin orang yang memiliki iman kepada Tuhan untuk tidak melakukan ajaran Tuhan, sebab jika demikian kemungkinan besar orang tersebut tidak sungguh-sungguh percaya pada Tuhan. Dia mungkin berkata percaya namun sebatas di mulut saja, maka tidak heran jika Rasul Yakobus menganggap orang seperti ini seperti penipu. “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri” (Yak 1:22). Orang seperti ini biasanya tidak punya integritas bahkan menjadi batu sandungan. Ia mengaku sebagai orang Kristen, rajin ke gereja namun perilakunya tidak sesuai dengan ajaran Kristus. Orang seperti ini, sia-sia lah hidupnya.
Sementara itu, Yesus menyebut orang yang melakukan firman Tuhan sebagai orang yang bijaksana. Karena orang tersebut pasti percaya pada otoritas Tuhan dan ia percaya akan kuasa firman-Nya yang membawa pada kebaikan. Orang tersebut mendasari hidupnya atas sesuatu yang tidak tergoyahkan, sehingga ketika dia diperhadapkan pada situasi yang tidak terbayangkan sekalipun, ia bisa tenang dan bersandar pada Tuhan. Orang seperti inilah yang Yesus katakan sebagai orang yang akan beroleh kebahagiaan, “Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya” (Yoh 13:17). Karena dimanapun orang tersebut berada ia senantiasa menjadi garam dan terang, dan menjadi saluran berkat bagi orang-orang disekitarnya.
Renungan Harian lainnya dapat dibaca di Sejenak Eling