Dengan memberi, menjadi bahagia

  • infokatolik
  • Nov 17, 2024

Seorang pria terlihat berdiri sendiri di kegelapan malam. Dia berdiri di jembatan baja lima ratus kaki di atas sungai yang deras alirannya. Dia menyalakan rokok terakhirnya, sebelum bunuh diri.
Dalam pikirannya sudah tidak ada jalan lain, dia telah mencoba segala hal, pelampiasan nafsu birahi, perjalanan dan petualangan, minuman dan obat-obat bius. Dan kegagalan terakhir : perkawinannya. Tak ada seorang wanita pun yang tahan hidup bersamanya setelah beberapa bulan. Dia terlalu menuntut dan tidak memberi apa pun. Dia tidak pantas diperlakukan seperti manusia. Sungai akan menjadi tempat yang paling baik baginya.

Tiba-tiba seorang gembel lewat, melihatnya berdiri di kegelapan dan berkata, “Tolong pak, beri saya dua ribu rupiah untuk membeli kopi.”

Orang itu tersenyum dalam kegelapan. Dua ribu rupiah! Sungguh jumlah yang tidak berarti. “Saya punya lebih dari itu.”

Dia mengambil dompetnya, “Ini, ambil semua.”

Dalam dompet itu ada uang sebesar tujuh ratus lima puluh ribu. Pria itu memberikan dompetnya kepada pengemis itu.

“Lho, mengapa semua?” tanya pengemis itu.

“Tidak apa-apa. Saya tidak membutuhkannya lagi di tempat yang akan saya tuju.” Dia melirik ke bawah arah air sungai.

Pengemis itu mengambil uang itu dan berdiri, memegangnya dengan ragu-ragu sejenak, kemudian pengemis itu berkata, “Tidak, pak. Saya memang seorang pengemis, tetapi saya bukan seorang pengecut! Dan saya juga tidak akan mengambil uang dari seorang pengecut. Bawalah uangmu ke dalam sungai.”

Dia melemparkan uang itu ke lantai jembatan dan uang itu berserakan dan perlahan jatuh ke air yang gelap.

“Selamat berpisah pengecut.” Dan pengemis itu pun pergi.

Orang itu yang hendak bunuh diri itu menarik napas. Tiba-tiba ia menginginkan pengemis itu untuk mengambil lagi uang yang sudah dilemparkannya. Dia ingin memberi, tapi tidak bisa! Memberi!!! Dia tidak pernah mencoba hal ini sebelumnya. Memberi dan menjadi bahagia… Dia memandang sungai itu untuk terakhir kalinya dan berpaling darinya, lalu pergi mengikuti pengemis itu…

***

Belas kasih itu total dan menyeluruh. Orang yang lumpuh tidak hanya diampuni dosanya, ia juga disembuhkan. Yesus mengusir setan menyembuhkan anak sakit ayan. Ayahnya diberikan anak sembuh, setelah dikuatkan imannya. Diam-diam Yesus menerima Nikodemus, Yesus menyentuh hati orang Samaria yang berdosa, membela, mengampuni dan membebaskan wanita berzinah. Belas kasih akhirnya diberikan kepada Petrus, tetapi juga kepada Yudas, kepada Herodes, kepada Pilatus… tidak semua ditanggapi baik dan diterima, namun sampai di salib Yesus masih melimpahkan belas kasih, lewat doa pengampunan kepada para musuh-Nya. Kita juga harus menaburkan cinta dan belas kasih di mana-mana, bertindak nyata dengan memberi dan berbelarasa, meskipun kini buah belum akan nampak kentara.

Kita ini adalah citra Allah, karena itu kita juga dipanggil menjadi kudus seperti Dia. Kita harus memperlakukan sesama sebagai citra Allah juga. Cinta kasih harus diwujudkan dalam bentuk perhatian kepada sesama yang kurang beruntung : mereka yang lapar, mereka yang haus, telanjang, sakit, sendirian, di penjara, gelandangan… Penghakiman terhadap kita ditentukan oleh buah kasih yang kita lakukan. Kasih bukan sekedar kata-kata indah dan sedap didengar, melainkan juga perbuatan dan tindakan lembut dan halus yang mengalirkan kehangatan bagi jiwa yang dahaga dan mendamba. Inilah kiranya yang menjadi buah dari puasa kita pada saat ini. Dengan memberi, menjadi bahagia.

Renungan Harian lainnya dapat dibaca di Sejenak Eling

Related Post :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *