Kamu Dibayar Dengan Suara

  • infokatolik
  • Sep 10, 2024

Seri Nasruddin Hoja

 

Kamu dibayar dengan suara

Ada dua orang tukang kayu sedang bekerja di tengah hutan. Penebang kayu yang pertama sibuk menebang kayu, sementara orang yang kedua hanya menyaksikan orang pertama itu bekerja. Dia duduk di atas sebatang pohon besar yang sudah ditebang di dekat situ. Orang yang pertama itu bekerja sangat keras, dia mengeluarkan banyak tenaga untuk menebang kayu. Dia menggunakan kampak besar untuk menebang pohon. Dengan tangannya yang kuat, dia mengangkat kampaknya sampai ke atas kepalanya dan dengan seluruh tenaganya dia menghantamkan kampaknya ke batang pohon itu, berulang-ulang.

“Aah..aah..”

Setiap kali dia melakukan itu, temannya yang hanya duduk menyaksikan dia bekerja, juga mengeluarkan suara keras. Dia terus menirukan suara temannya setiap kali sampai semua kayu selesai terpotong.

“Aah..aah..”

Akhirnya penebang kayu itu selesai menebang pohon, lalu dia mengumpulkan potongan-potongan kayu yang sudah selesai dipotongnya.

“Terima kasih Tuhan… akhirnya selesai”.

Sesudah potongan-potongan kayu itu terkumpul, selanjutnya potongan kayu itu dimasukkan ke dalam gerobak yang ditarik oleh seekor keledai.

Luar biasanya, temannya itu sejak awal hanya menyaksikan dia bekerja dan tidak melakukan apa-apa, dia sama sekali tidak menolongnya, dia hanya menirukan suara temannya yang bekerja itu.

“Kamu harus membayar saya”, kata laki-laki itu kepada pria pertama yang telah bekerja keras itu kemudian.

“Kenapa saya harus membayar kamu? Kamu tidak melakukan apa-apa!” sanggah pria pertama itu.

“Eeh.. tentu saja kamu harus membayarnya, saya sudah membantu kamu,” kata orang yang kedua itu mendesak.

Laki-laki yang pertama itu tidak setuju dan akhirnya mereka berseteru, keduanya terus berebut omong. Dan akhirnya mereka memutuskan untuk menyelesaikan perdebatan mereka ke orang yang dianggap bijak.

Nasrudin dikenal sebagai laki-laki yang bijaksana di kampungnya pada saat itu. Nasrudin mendengarkan dengan seksama cerita mereka.

“Berikan dompet kamu,” Nasrudin berkata kepada laki-laki yang pertama.

“Apa? Kenapa?” tanya laki-laki yang pertama itu kebingungan.

“Sudah berikan saja dompetmu dan percaya kepada saya,” Nasrudin mengulangi kata-katanya. Dia kemudian mengambil tiga koin dari dalam dompet orang itu dan meletakkannya di atas meja.

Koin-koin itu bergelinding beradu dan berdenting.

“Apakah kamu mendengar koin-koin itu berdenting?” tanya Nasrudin kepada orang yang kedua.

“Ya tentu saja,” orang itu menjawab, dia terlihat kebingungan.

Nasrudin menyaksikan perubahan raut wajah orang itu. Kemudian dia melanjutkan penjelasannya.

“Kamu sudah mendapatkan bayaranmu. Kamu-kan sudah bekerja dengan mengeluarkan suara. Nah, sekarang kamu juga sudah dibayar dengan suara!” kata Nasrudin.

Related Post :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *