Elizabeth Kenny, seorang perawat Australia dan pencipta “metode Kenny” untuk merawat polio; suatu hari ditanya oleh seorang sahabatnya tentang bagaimana dia bisa selalu riang.
Sahabatnya itu berkata, “Mungkin, kamu memang dilahirkan tenang dan tersenyum.”
Perawat itu tertawa, “Ha ha ha, sebagai seorang gadis, saya juga sering marah. Tapi pada suatu hari, ketika saya sedang marah kepada seorang teman karena suatu masalah sepele, ibuku memberi nasihat yang sampai sekarang tetap melekat di benak saya, dan selalu menjadi pedoman saya sejak itu.”
“Ibuku berkata, “Elizabeth, orang yang bisa membuat kamu marah, dia telah menaklukkan kamu.”
***
Banyak orang Kristen yang mempunyai mental yang payah, dan berpikir murahan. Orang-orang yang bermental payah ini selalu sibuk dalam mencari kebahagiaan, dan mereka mengartikan kebahagiaan itu secara sempit, hanya sebatas sehat. Bagi mereka, sakit itu adalah sesuatu yang terkutuk dan akibat dari dosa. Sedangkan kemiskinan merupakan aib, dan bodoh. Namun terhormatlah mereka yang miskin di dalam kejujuran daripada kaya dengan cara yang tidak benar.
Memang adalah hal yang sangat membahagiakan kalau kita sehat dan ikut Tuhan. Hidup dalam kondisi ekonomi yang berkelimpahan (kaya), dan memuliakan Tuhan, adalah sikap yang sangat tepat. Tuhan tidak anti terhadap kekayaan atau kemiskinan, tetapi jangan menyimpulkan orang miskin dan orang sakit sebagai orang yang tidak beriman dan berdosa. Posisi di hadapan Tuhan, itu yang paling penting dalam menilai seseorang itu berbahagia atau tidak.
Kebahagian juga adalah ungkapan daripada iman itu sendiri. Kalau kita memang seorang yang beriman, hal itu harus nampak dalam perilaku hidup kita. Bagaimana upaya kita mewujudkannya? Saat ini kita berjalan dalam pengharapan menuju kepada kenyataan sampai akhirnya meraih kemenangan. Kebahagiaan bukan terletak pada saat kita menerima, tetapi pada waktu kita memberi. Itulah sebabnya orang yang miskin itu belum tentu kurang merasa berbahagia dibandingkan dengan orang yang kaya.
Dalam rangka ingin dihormati, banyak orang berduit yang rela menghambur-hamburkan uang, istilahnya royal, gampang mengeluarkan uang untuk berbagai hal. Namun ketika uangnya habis, habis pula rasa hormat orang kepadanya. Ini merupakan sebuah tindakan yang bodoh, akan tetapi banyak dilakukan orang yang sok kaya.
Banyak orang kaya tidak mampu memberi dalam jumlah yang cukup, sebab dia cuma bisa berhitung saja. Sebab dalam memberikan sesuatu, dia juga menuntut penghormatan. Rasa-nya tidak salah untuk mengatakan orang semacam ini sebagai orang-orang yang gila hormat. Dia tidak merasa puas jika tidak dihormati orang lain.
Sebaliknya, tidak sedikit orang miskin, namun berusaha memberikan apa yang bisa diberikannya. Mungkin bukan uang atau hal-hal berupa materi yang bisa dia berikan, tetapi waktu, kesetiaan, kualitas diri, sikap bisa dipercaya, dan sebagainya.
Kebahagiaanlah yang membuat kita tersenyum sekali pun kita berada di dalam kesulitan yang luar biasa.
Renungan Harian lainnya dapat dibaca di Sejenak Eling