Seorang psikolog sekolah sedang memberi ujian kecerdasan kepada sekelompok anak berusia 8 tahun. Dia mengambil peta dunia dari “National Geographic”, merobeknya menjadi sobekan-sobekan kecil dan memberikannya kepada salah seorang anak itu.
Anak itu merenung sebentar, kemudian menyusun kembali potongan-potongan itu tanpa satu kesalahan pun.
“Hebat! Bagaimana kamu bisa melakukan hal ini dengan begitu cepat dan baik?” tanya psikolog itu kepada anak yang berusia 8 tahun itu.
“Begini bu…,” jawab anak itu, “di halaman belakang gambar peta ada gambar seorang pria. Jika kita bisa menyusun dengan baik gambar pria itu, maka peta dunia juga akan tersusun baik.”
***
Pada dasarnya Allah adalah misteri tetapi sekaligus pribadi yang mudah diketahui dan dikenal. Pengetahuan dan pengenalan kita akan Allah itu terjadi sejauh Allah itu sendiri menyatakan diri-Nya kepada manusia. Jadi kalaupun manusia bisa mengetahui dan mengenal Allah karena Allah sendirilah yang memperkenalkan diri-Nya kepada manusia. Mustahil manusia mengetahui Allah dari daya pikirannya yang terbatas, karena Allah itu adalah tak terbatas dibandingkan dengan akal manusia yang sangat terbatas. Mengenal Allah berarti mengerti dan memahami Allah berdasarkan pengalaman pribadi, mengenali-Nya seperti seorang anak mengenali, memahami dan mengerti kedua orang-tuanya.
Kita mengimani bahwa Yesus Kristus adalah Allah yang inkarnasi ke Bumi untuk misi keselamatan bagi umat manusia. Oleh-Nya kita mengenal Allah yang benar, sebab Dia sendiri yang menyatakannya.
Yesus bersabda : “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.
Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku.”
Kita menjadi mengenal Bapa sewaktu kita mengenal Putra Terkasih-Nya, Dialah Yesus Kristus.
Renungan Harian lainnya dapat dibaca di Sejenak Eling