Mercusuar pertama dibangun di pulau kecil Pharos di Mesir kuno. Setelah kematian penjaga mercusuar itu, seorang pemuda ditunjuk menggantikannya. Dia diberi tahu bagaimana cara merawat lampu itu, dan bagaimana cara mengisi minyak, yang sudah disediakan di belanga-belanga besar.
Pada saat cuaca cerah, pelabuhan tampak aman, tetapi pada waktu angin badai, dia harus menyalakan lampu dan menjaganya agar tetap menyala sehingga bisa menjadi pembimbing bagi kapal-kapal yang mendekat. Untuk beberapa waktu, cuaca cukup cerah sehingga orang muda penjaga mercusuar hampir tidak perlu bekerja apa-apa. Dia mulai berteman dengan para nelayan, yang sering berhenti untuk meminjam minyak darinya agar mereka tidak usah pergi ke pelabuhan untuk membeli minyak. Lama kelamaan cadangan minyak itu habis.
Pada suatu sore, penjaga lampu mercusuar itu tidak menjumpai satupun nelayan di sekitar tempat itu. Mereka sedang berlayar dekat dengan pantai. Dia diberi tahu bahwa akan datang badai.
“Jika demikian, saya harus menyalakan lampu,” pikirnya.
Tapi saat itu dia melihat bahwa lampu itu sudah kotor dan kosong. Dia segera turun untuk mengambil minyak di belanga, namun belanga-belanga itu sudah kosong juga semua. Tidak berapa lama kemudian, badai muncul dan menelan segalanya. Kapal-kapal yang dihempas badai itu tidak bisa melihat cahaya lampu mercusuar. Banyak kapal hancur berkeping-keping.
Hal itu seperti seorang Kristen yang gagal merawat hidup rohaninya untuk tetap bersih dan dipenuhi dengan rahmat.
***
Kebanyakan dari kita melihat kegagalan adalah akhir dari segalanya. Jarang sekali terutama dari kalangan orang muda, yang melihat kegagalan adalah sebagai batu pijakan untuk meraih sukses dan mencapai tujuan atau mimpi mereka. Kegagalan yang baru sekali mereka rasakan seperti menjadi ketakutan atau kelemahan untuk kembali lagi bangkit. Kegagalan tidak bisa kita hindari. Tetapi dari kegagalan kita bisa belajar sesuatu darinya. Ketika kita mengalami kegagalan dalam hal apapun, bidang apapun baik dalam hubungan asmara atau pekerjaan, sebaiknya kita sebagai anak-anak Terang perlu mendengarkan dan mengingat apa yang telah disampaikan oleh Allah.
Bahwa kegagalan bisa terjadi pada kita semua, “Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali,” namun percayalah bahwa Tuhan akan memegang tangan kita, “TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya.”
Saat kita jatuh, Tuhan akan mengampuni, “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.”
Baiknya kita semua bisa melupakan kegagalan di masa lalu dan mengarahkan diri kita untuk melihat masa depan yang lebih cerah. Lupakan masa lalu dan jalani hari-hari dengan Kebenaran Yesus didalam pikiran dan hati kita. Janganlah jadikan kegagalan sebagai akhir segalanya, tetapi sebagai pelajaran menjadi lebih baik lagi, karena Tuhan Yesus selalu beserta kita.
Namun sebaliknya, pada saat kita sukses, berhasil, kaya atau ketika mencapai puncak kejayaan, kita jangan lupa diri, jangan terlena, jangan lengah dan jangan sombong. Sebab kehancuran mengancam orang-orang demikian. Tetap sandarkan diri kita pada-Nya, teruslah kita arahkan pandangan mata kita, pikiran kita pada Yesus Juru Selamat kita. Sebab Dialah mercusuar hidup kita.
Renungan Harian lainnya dapat dibaca di Sejenak Eling