Setiap saat Nasruddin ingin mencukur atau memotong rambutnya, dia selalu pergi ke tukang cukur yang ada di sudut kampung. Dia mengenal tukang cukur itu dengan baik dan dia menyukai cara tukang cukur langganannya memotong rambutnya atau mencukur jenggotnya.
Suatu hari dia ingin mencukur jenggotnya, segera dia pergi ke tukang cukur langganannya, yang mana dia biasa ke situ. Ketika dia sampai di tempat tukang cukur langganannya itu, dia mendapati bahwa tukang cukur langganannya sedang pergi ke luar kota. Dan di tempat tukang cukur itu hanya ada seorang asisten baru. Tukang cukur itu terlihat masih sangat muda dan kelihatan tidak berpengalaman. Namun karena sudah sampai di tempat itu, Nasruddin memutuskan untuk tetap mencukur jenggotnya walaupun dia belum mengetahui kemampuan si asisten itu.
Tukang cukur muda itu terlihat sangat gugup dan grogi.
“Sudah berapa lama kamu bekerja?” tanya Nasruddin
“Tiga minggu, pak,” anak muda itu menjawab.
Jawabannya tidak membuat Nasruddin menjadi lebih nyaman.
Tukang cukur muda itu melanjutkan pekerjaannya, dan ketika dia sampai pada bagian leher dekat tenggorokan, Nasruddin spontan langsung kusuk berdoa.
Dia berharap, bahwa tukang cukur muda itu tidak melakukan sebuah kesalahan.
Bersamaan ketika dia sedang berdoa, tiba-tiba terdengar bunyi dentuman keras dari kamar sebelah.
Bum…bum..!!
“Apa itu?” tanya Nasruddin terkejut.
“Ooh… itu tukang pandai besi yang sedang membuat sepatu kuda,” jawab tukang cukur muda itu.
“Alhamdullilah… terima kasih Tuhan,” Nasruddin menjawab dengan perasaan lega.
“Memangnya kenapa?” anak muda itu bertanya.
“Ooh saya pikir itu adalah tukang cukur lain yang tidak berpengalaman yang sedang memotong rambut seorang pria,” jawab Nasruddin.