Hari Jumat Setelah Rabu Abu, “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka?”

  • infokatolik
  • Aug 13, 2024

Kalender Liturgi, Hari Jumat Setelah Rabu Abu, “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka?” 28 Februari 2020

Bacaan I

Yesaya 58:1-9a

Serukanlah kuat-kuat, janganlah tahan-tahan! Nyaringkanlah suaramu bagaikan sangkakala, beritahukanlah kepada umat-Ku pelanggaran mereka dan kepada kaum keturunan Yakub dosa mereka! Memang setiap hari mereka mencari Aku dan suka untuk mengenal segala jalan-Ku. Seperti bangsa yang melakukan yang benar dan yang tidak meninggalkan hukum Allahnya mereka menanyakan Aku tentang hukum-hukum yang benar, mereka suka mendekat menghadap Allah, tanyanya: “Mengapa kami berpuasa dan Engkau tidak memperhatikannya juga? Mengapa kami merendahkan diri dan Engkau tidak mengindahkannya juga?” Sesungguhnya, pada hari puasamu engkau masih tetap mengurus urusanmu, dan kamu mendesak-desak semua buruhmu. Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi. Sungguh-sungguh inikah berpuasa yang Kukehendaki, dan mengadakan hari merendahkan diri, jika engkau menundukkan kepala seperti gelagah dan membentangkan kain karung dan abu sebagai lapik tidur? Sungguh-sungguh itukah yang kausebutkan berpuasa, mengadakan hari yang berkenan pada TUHAN?
Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri! Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar dan lukamu akan pulih dengan segera; kebenaran menjadi barisan depanmu dan kemuliaan TUHAN barisan belakangmu. Pada waktu itulah engkau akan memanggil dan TUHAN akan menjawab, engkau akan berteriak minta tolong dan Ia akan berkata: Ini Aku! Apabila engkau tidak lagi mengenakan kuk kepada sesamamu dan tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah.

Demikianlah sabda Tuhan.
Syukur kepada Allah

Mazmur Tanggapan

Refr. Hati yang remuk redam tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.

Mzm 51:3-4.5-6a.18-19
– Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, menurut besarnya rahmat-Mu hapuskanlah pelanggaranku Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!
– Sebab aku sadar akan pelanggaranku, dosaku selalu terbayang di hadapanku Terhadap Engkau, terhadap Engkau sendirilah aku berdosa,
yang jahat dalam pandangan-Mu kulakukan.
– Tuhan, Engkau tidak berkenan akan kurban sembelihan; kalaupun kupersembahkan kurban bakaran, Engkau tidak menyukainya.
Persembahanku kepada-Mu ialah jiwa yang hancur. Hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.

Bait Pengantar Injil

Refr. Alleluya, Alleluya

Am 5:14
Carilah yang baik dan jangan yang jahat, supaya kamu hidup, dan Allah akan menyertai kamu.

Bacaan Injil

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius 9:14-15

Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata: “Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?”
Jawab Yesus kepada mereka: “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.

Demikianlah Injil Tuhan.
Terpujilah Kristus

Renungan.

Bacaan Injil pada hari ini mengajarkan kepada kita soal puasa. Bagi Yesus puasa itu bukan suatu kegiatan rutin apalagi kewajiban sebatas peribadatan. Puasa bukanlah hal yang rutin, bukan pula tujuan. Puasa punya makna dan patokannya ialah Yesus Sang Mempelai.

Ada bahaya, bahwa dalam ibadat, dalam agama kami lebih dikuasai oleh kebiasaan, oleh hal rutin, tidak lagi melihat tujuan dan makna. Demikian dengan peraturan hari Sabat, di mana Yesus yang mau berbuat baik, melayani, menghidupkan manusia, justru ditentang oleh orang-orang Farisi, yang terbelenggu oleh adat, karena sudah terbawa lama, sudah menjadi kebiasaan, tanpa berniat ditanyakan : apa masih ada maknanya; apa tidak perlu diselidiki lagi, apa nggak niat diperbaharui? Dalam perbuatan puasa, dalam rutin menjalani aturan, baiklah sekali-sekali menguji makna, dan menyesuaikan perbuatan dengan tujuan.

Yesus membedakan hari puasa dan hari gembira, menurut irama hidup, kehadiran Yesus, kebutuhan manusia. Yesus jelas menempatkan diri-Nya di tengah segala, sebagai norma bagi seluruh kehidupan manusia. Berada bersama Dia sebagai Sang Mempelai, perjumpaan dengan Dia dalam doa, kebersamaan dengan Dia dalam hidup dan karya, itu kebahagiaan melebihi segala, yang harus dirayakan, diperjuangkan, dan untuk mencapai itu seluruh kehidupan harus dibina.

Yesus juga menentukan waktu murid-Nya akan berpuasa, kalau “mempelai diambil dari mereka.” Dalam kekalutan hidup, murid akan mendekat pada Sang Guru dengan rendah hati dan berpuasa, agar terang Tuhan mengusir kegelapan. Setelah berdosa, memisahkan diri dari Yesus, manusia harus kembali dengan sesal dan tobat, mengaku dirinya sebagai manusia pendosa, tetapi juga tahu penuh percaya, bahwa sebagai pendosa ia di cinta dan diampuni oleh Bapa.
Puasa kristiani bukan prestasi, tetapi perendahan diri, bukan kekesalan dan rasa benci akan kegagalan diri yang menjiwai puasa itu, melainkan orang berpuasa karena menunggu penuh percaya, akan kedatangan Sang Mempelai kembali.

Berkah Dalem.

Bacaan Kitab Suci dan Renungan Harian lainnya dapat dibaca di Bacaan dan Renungan

Related Post :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *