Ada cerita tentang seorang kaisar Cina yang tua, yang ingin menaklukkan negara musuhnya dan membunuh mereka semua.
Beberapa waktu kemudian orang melihat kaisar itu duduk makan dan bergurau dengan musuh-musuhnya!
“Loh.. bukankah kamu memberi tahu kami, bahwa kamu ingin melenyapkan semua musuhmu?”
“Itu benar, saya sudah melenyapkan musuh-musuh itu. Saya menjadikan mereka sahabat saya.”
***
Dalam Injil Matius bab 5 ayat 43-48 dikisahkan tentang Firman yang mengatakan untuk mengasihi musuh-musuhmu. Yesus menekankan bahwa berbuat baik dan kasih itu tidak memandang dan membeda-bedakan manusia. Kita berbuat baik kepada semua orang, bukan karena mereka telah berbuat baik kepada kita saja, melainkan karena Allah yang setia memintanya dan kita sungguh merasa Allah hadir dalam hati kita. Mereka adalah saudara seciptaan Tuhan dan kita wajib membantu mereka untuk bertobat. Dengan membantu sesama, kita wujudkan diri kita secara optimal sebagai gambar dan rupa Allah. Dengan itu kita dan sesama akan menjadi sempurna sama seperti Bapa di surga sempurna.
Kesempurnaan Bapa di surga luas tanpa batas, tetapi di sini dikhususkan pada hukum cinta sesama, dalam kehidupan sehari-hari : soal mengasihi, soal memberi salam… justru hal yang nampak biasa-biasa saja. Tetapi di situ pun Yesus meluruskan garisnya, dalam tutur kata, keramahan, keluwesan dalam membantu, menyapa, memberikan simpati, dukungan semangat, pujian. Bukankah manusia mudah menarik garisnya, membedakan antara kawan dan lawan, simpatik dan tidak, sudah berhutang budi dan orang tidak ada hubungan apa-apa, menarik dan tidak menarik? Yesus ingin, kami dalam pergaulan ini pun melangkah lebih jauh ; misalnya dengan menolong yang membutuhkan, mendekati yang tersisih, memperhatikan yang terlantar, dan lain sebagainya. Inilah kesempurnaan Bapa di surga.
Renungan Harian lainnya dapat dibaca di Sejenak Eling