Pada suatu sore di saat hari sedang hujan, Nasruddin dan keluarganya sedang bercakap-cakap di ruang keluarga. Mereka berbincang-bincang satu sama lain, membicarakan segala macam hal.
“Aduh, apa ini?’ tiba-tiba istri Nasruddin berteriak terkejut.
“Wah..itu tetesan air hujan, kelihatannya genteng rumah kita bocor,” jawab Nasruddin.
“Nasruddin, kamu harus memastikannya besok pagi, apakah gentengnya bocor atau tidak?” kata istrinya.
“Ya tentu saja, saya besok akan memeriksanya,” jawab Nasruddin.
Maka keesokan paginya, Nasruddin meminjam sebuah tangga dari tetangganya. Sebenarnya dia takut ketinggian, namun dia mencoba naik ke atas genteng dengan menggunakan tangga itu dengan sangat hati-hati, dan itu dilakukannya dengan susah payah sambil gemetaran.
“Aduh.. kenapa saya melakukan ini? Mengapa saya tidak minta tolong seseorang untuk memeriksa genteng rumah saya?” Nasruddin berbicara kepada dirinya sendiri.
Akhirnya dengan susah payah dan dengan perjuangan setengah mati, Nasruddin berhasil sampai ke atas genteng. Ketika dia baru saja mau mulai memeriksa genteng yang bocor, dia mendengar seseorang mengetuk pintu. Saat itu tidak ada orang di rumah, istrinya sedang pergi ke pasar. Maka Nasruddin berusaha melihat ke bawah dari pinggir genteng, dan dia melihat seorang asing berada di depan pintu rumahnya.
Tok.. tok.. tok…
“Hai.. saya ada di atas,” teriak Nasruddin.
Orang asing itu kemudian mencari-cari dari mana asal suara itu dan dia kemudian melihat Nasruddin yang berada di atas genteng.
“Kamu mau ngapain?” tanya Nasruddin.
“Kamu ada perlu apa?” kata Nasruddin lagi.
Dia tidak mengenal orang itu, kelihatannya dia bukan salah satu tetangganya.
“Tolong turun sebentar, ada hal penting yang mau saya sampaikan kepada anda,” jawab orang itu.
Dengan terpaksa Nasruddin turun dari atas genteng dengan tangga itu, tentu dengan sangat hati-hati. Dia berpikir sebelumnya, bahwa kalau turun itu akan lebih mudah, tapi pada kenyataannya tidak juga! Dia turun dengan sangat penuh perhitungan sehingga memerlukan waktu yang cukup lama untuk menuruni tangga itu.
Untungnya orang itu mau menunggu dengan sabar. Sesaat setelah Nasruddin sampai di bawah, dia bertanya lagi kepada orang itu, “Kamu ada perlu apa?”
Orang itu untuk beberapa saat terdiam, kemudian dia berkata, “Maaf pak, saya minta uang.”
“Apa!” jawab Nasruddin.
“Dapatkah anda memberikan saya uang?” orang itu mengulangi kata-katanya.
Nasruddin tidak bisa berkata apa-apa. Dia hanya bisa berdiam beberapa saat.
“Oke, baiklah tetapi kamu harus ikut saya naik ke atas,” katanya.
Akhirnya sekali lagi Nasruddin harus naik ke atas genteng dengan tangga itu. Dia memanjat dan diikuti oleh pengemis itu di belakangnya, keduanya memanjat tangga dengan hati-hati dan dengan sangat susah payah. Nasruddin sampai keluar keringat dingin.
Sesaat setelah mereka sampai di atas genteng, sambil melihat orang itu, Nasruddin berkata, “Maaf, saya tidak punya uang.”
***
Yesus sangat peduli kepada umat-Nya, terutama kepada yang lapar dan haus. Ketika Yesus memperbanyak roti untuk memberi makan empat ribu orang, hal itu disebabkan karena Yesus tergerak hatinya oleh belas kasihan kepada orang banyak itu, yang sudah tiga hari mengikuti Dia. Namun Yesus bukan hanya sekedar melakukan mujizat penggandaan tujuh roti dan dua ikan, melainkan juga ingin mendidik para murid-Nya : untuk menjadi orang-orang yang tanggap peduli, dan berbelas kasih.
Penggandaan roti dan ikan memberikan isyarat kasih, yang ingin ditanamkan Yesus. Yesus mendidik bahwa memberi makan merupakan wujud kasih dan wujud dari kehendak Allah yang hidup. Yesus mengatakan bahwa “orang banyak itu perlu makan karena mereka datang dari jauh dan tidak mungkin mereka dibiarkan mencari makan sendiri.” Yesus tidak rela membiarkan mereka pergi dengan perut lapar.
Pendidikan kemuridan yang ditawarkan Yesus adalah pendidikan kemuridan bagi kaum beriman pada zaman sekarang. Menghayati hidup keagamaan yang benar sebagai orang beriman, tidak menyembah Allah dalam bentuk ornamen, melainkan menyembah Allah yang hidup. Menyembah Allah yang hidup sebagai seorang murid terungkap dalam tindakan berbagi, peduli, menolong, memberi makan kepada yang lapar, berbela rasa kepada yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel.