Selama sidang Konsili Vatikan II, wartawan majalah TIME, Bob Piser sangat lantang dalam kritiknya kepada Kardinal Ottaviani, yang dianggapnya musuh utama dari ajaran Katolik yang progresif. Bob Piser menjadikannya kambing hitam dari segala hal yang kuno dan ketinggalan zaman di dalam Gereja.
Sebelum sidang Konsili yang kedua, Bob pergi ke Roma seminggu lebih awal dan ingin mewawancarai Kardinal Ottaviani. Karena itu dia mendaftarkan diri dan menyatakan keinginannya kepada seorang Monsinyur berkebangsaan Amerika, yang menjadi sekretaris Ottaviani. Monsinyur berkebangsaan Amerika itu berkata, “Setelah menulis banyak hal buruk tentang Kardinal Ottaviani, anda masih berani meminta kesempatan untuk mewawancarai beliau? Walaupun demikian, saya akan meneruskan permohonanmu, tapi anda sudah tahu apa jawabannya…”
Monsinyur Amerika itu membicarakannya dengan Kardinal Ottaviani, dan Kardinal itu berkata dalam bahasa Italia, “Silahkan suruh dia masuk.”
Maka Bob Piser diantar ke dalam ruangan Kardinal Ottaviani. Ketika dia masuk, Kardinal Ottaviani menjabat tangannya, dan Monsinyur Amerika menerjemahkan kata-katanya, “Saudara Piser, Anda telah menulis banyak hal tentang saya. Saya hanya ingin mengatakan bahwa, kebanyakan tulisan anda itu tidak benar. Sekarang, apa yang bisa saya lakukan untuk menolong saudara?”
***
Agama orang menjadi agama Farisi juga, hanya berusaha memenuhi tata cara lahir, tanpa masuk dalam inti Kerajaan Allah, yaitu bertobat dan berdamai dengan Tuhan dan sesama. Agama yang digantungkan hanya pada perbuatan lahir saja, akan tetap kering, tidak mengisi. Pada suatu ketika, akan jadi membosankan dan akhirnya akan ditinggalkan! Hanya upacaranya kadang-kadang masih dilakukan, tetapi hanya menjaga tata lahirnya saja. Orang ini bisa berdoa, minta korban Misa, tetapi hatinya tetap jauh, tidak berdamai, tidak tersentuh cinta, dan tak terisi oleh Tuhan. Permohonannya tidak dikabulkan, karena korban tidak sampai, sebab ada rasa benci dalam hati seperti Kain. Tuhan hanya mengampuni, kalau orang sudah mengampuni dan berdamai dengan saudara.
Bertobat adalah sebuah kebajikan yang tunduk pada keadilan dan kebenaran. Matius menyodorkan kepada kita salah satu buah dari pertobatan adalah merajut perdamaian dengan sesama. Meminta maaf dan memberikan maaf dan tidak menjadi hakim bagi sesama itulah perjuangan menuju kesempurnaan hidup. Kesempurnaan kristiani bukan karena kita tidak melakukan kesalahan, dan bukan juga karena orang lain tidak bersalah kepada kita, melainkan ketika kita bersalah, kita mau bertobat dan meminta maaf, dan ketika orang lain mau bertobat dan meminta maaf kita memaafkannya.
Renungan Harian lainnya dapat dibaca di Sejenak Eling