Hari Biasa, Minggu Biasa XXVI. “Yang Terkecil Menjadi Yang Terbesar”, Selasa, 1 Oktober 2019.
Pesta St. Teresia dari Kanak-kanak Yesus, Perawan dan Pelindung Misi
Bacaan Hari ini, Tahun Liturgi C
Bacaan Pertama
Yesaya 66:10-14c
Bersukacitalah bersama-sama Yerusalem, dan bersorak-soraklah karenanya, hai semua orang yang mencintainya! Bergiranglah bersama-sama dia segirang-girangnya, hai semua orang yang berkabung karenanya! Supaya kamu mengisap dan menjadi kenyang dari susu yang menyegarkan kamu, supaya kamu menghirup dan menikmati dari dadanya yang bernas. Sebab beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, Aku mengalirkan kepadanya keselamatan seperti sungai, dan kekayaan bangsa-bangsa seperti batang air yang membanjir; kamu akan menyusu, akan digendong, akan dibelai-belai di pangkuan. Seperti seseorang yang dihibur ibunya, demikianlah Aku ini akan menghibur kamu; kamu akan dihibur di Yerusalem. Apabila kamu melihatnya, hatimu akan girang, dan kamu akan seperti rumput muda yang tumbuh dengan lebat; maka tangan TUHAN akan nyata kepada hamba-hamba-Nya, dan amarah-Nya kepada musuh-musuh-Nya.
Demikianlah sabda Tuhan.
Syukur kepada Allah
Mazmur Tanggapan
Mzm 131:1.2.3
Jagalah aku dalam damai-Mu, ya Tuhan.
– Tuhan, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku.
– Sungguh, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku.
– Berharaplah kepada Tuhan, hai Israel, dari sekarang sampai selama-lamanya.
Bait Pengantar Injil
Mat 11:25
Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, sebab misteri Kerajaan-Mu Kaunyatakan kepada orang kecil.
Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius 18:1-5
Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?” Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.”
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus
Renungan
Jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk dalam Kerajaan Surga.
Seperti Yesus menerangkan kepada Nikodemus, bahwa untuk “lahir kembali” orang tidak perlu masuk rahim ibunya lagi, tetapi harus “lahir dari roh,” begitu juga menjadi seperti anak kecil, itu terjadi dalam Roh.
Tuhan mencintai manusia seperti seorang ibu yang mencintai anak kandungnya, yang tak mungkin akan dilupakannya : dicintai sebagai biji mata, dipanggil dengan namanya, ditulis di atas telapak tangannya, diangkat, di bawanya serta, seperti di atas sayap rajawali : “Tuhan sendiri menjadi pembimbingnya”. Kenyataan dari Kitab Suci ini semua dikumpulkan dalam hati Teresia, dengan kepekaannya, dan sebagai puteri Bapa tercinta mau menjawabnya. Yang jelas ia tidak dapat menjawab cara lain daripada dengan cinta, tetapi cinta dengan segala detil-detilnya. Cinta harus menjiwai perbuatannya yang paling kecil, yang dapat diperbuat, atau bahkan harus dilakukan oleh setiap manusia : dalam rumah tangga, dalam pelayanan kepada sesama, dalam mengabdi Tuhan, dalam doa, dalam tugas harian tanpa variasi, di hari kelabu, dalam sakit dan derita : tetapi semua cermat, teliti, lembut, halus, dengan kesemarakkan cinta memikat, semakin sempurna, meriah bagaikan pesta.
Jalan Kerajaan Surga itu : sederhana menyerah pasrah seperti anak kecil.
Teresia sadar, sebagai anak, jalannya hanya lamban dengan langkah-langkah kecil. Maka ia lebih ingin menyerahkan diri ke dalam tangan Bapa, yang membopongnya, dan membawanya naik tangga, cepat dengan langkah besar : ia sudah mendengar tentang “lift” dan ia ingin itu : dengan rahmat cinta dalam sekejap mata sudah sampai di ketinggian. Pemikiran sederhana, seperti seorang anak kecil, tetapi nyata. Cita-cita manusia paling tepat dan paling tinggi, itu yang disediakan dan diperuntukkan oleh Allah bagi dia dalam rencana suci-Nya, sejak semula. Manusia bisa buat khayalan hampa, yang tak akan terlaksana! Tetapi rencana Allah itu hanya dapat dicapai, dengan tepat, cepat dan benar, kalau orang tidak berpikir-pikir terlalu tinggi, yang muluk-muluk, tetapi tidak terjadi : melainkan menerima diri dan hari, apa adanya seperti datangnya, dan setiap tugas, betapa kecilnya, dilakukan dengan lebih dulu menenangkan hati, melulu mau menyenangkan Bapa, dengan cinta semakin jelas terarah, diusahakan semakin murni, sempurna seperti Bapa di surga sempurna adanya.
berkah dalem.