Kisah Sumpit Panjang

  • infokatolik
  • Dec 23, 2024

KISAH SUMPIT PANJANG

Ada sebuah cerita China kuno tentang seorang pria yang akan segera meninggal.
Dia ingin sekali tahu seperti apa “Neraka” dan “Surga” itu.

Lantas dia mengunjungi seorang tua bijak di desanya dan memohon petunjuk tentang seperti apa NERAKA dan SURGA.

Orang bijak itu mengajaknya ke sebuah rumah makan unik yang ada di desanya
Rumah makan itu menyediakan semua masakan lezat dengan gratis dengan syarat hanya boleh makan dimeja khusus dengan peralatan khusus.
Meja khusus itu adalah meja yang berukuran besar, dengan segala makanan enak terhidang diatasnya dan sepasang sumpit dengan ukuran sepanjang hampir 1 meter untuk mengambil makanan yang berada ditengah meja makan besar itu.

Pria itu diajak masuk ke dalam satu ruangan, di situ dia melihat beberapa orang yang lapar, mereka sangat rakus dan begitu serakah karena makanan itu gratis. Mereka mencoba mengambil makanan sebanyak-banyaknya, namun mereka kesulitan saat akan menyuapkan ke mulutnya masing-masing dengan menggunakan sumpit panjang itu.
Karena emosi, setiap orang yang berada dimeja itu mengeluarkan sumpah serapah dan makian sehingga ramai lah ruang makan itu dengan segala macam hujatan, bahkan tak jarang mereka ada yang berkelahi satu dengan yang lain.

Kata pria, “Aku sudah mengerti seperti apa neraka itu, sekarang tunjukan kepadaku seperti apa itu surga”

Lalu orang bijak itu mengajaknya ke ruang yang lain, dengan kondisi yang sama dengan yang sebelumnya, meja besar dan tentu sumpit sepanjang hampir 1 meter.

Namun, begitu masuk pria itu melihat semua orang yang sedang duduk makan terlihat bahagia, tertawa dan bercanda, tidak terdengar sedikitpun makian dan sumpah serapah seperti diruang sebelumnya.

Pria itu bertanya “Mengapa disini semua orang bahagia, padahal mereka mendapatkan kondisi yang sama dengan ruang yang lain ??? Mereka bisa makan dengan tenang dan kenyang tidak seperti ruangan yang sebelumnya”

Lalu, pria itu melihat mereka yang duduk dimeja besar itu saling menyuapkan makanan dari yang satu kepada yang lain dengan sumpit yang panjang itu, mereka saling memberi makan satu dengan yang lain, tidak terlihat sedikitpun rebutan makanan yang dihidangkan.

Orang bijak itu lalu menjawab begini :

“Jika kamu ingin merasakan surga dibumi, berusahalah membantu mereka yang kekurangan dan mereka yang membutuhkan, karena SURGA sedemikian sederhana, SYARATNYA HANYA YAITU BERBAGI dan MELAYANI.”

Ya, SURGA itu sangat sederhana, mau berbagi dan melayani satu dengan yang lain.

Dan jika kamu ingin juga merasakan NERAKA di bumi, sering-seringlah EGOIS dan tidak mau berbagi, fokuslah kepada kesenangan dan kepentingan sendiri, sehingga frustasi, amarah dan kebutaan mata hati akan menguasai dirimu”.

***

Apa yang dimaksudkan dengan “Kerajaan Allah”? Yang secara umum kita menyebutnya dengan surga. Hal Kerajaan Allah itu bukan masalah “kekuasaan”, bukan juga masalah “wilayah”, dan memang bagaimana pun kita berusaha menjelaskannya, pasti penjelasan itu tidak akan memadai, karena Kerajaan Allah adalah sebuah “misteri”, sebuah “rahasia ilahi”.

Mari kita mencoba untuk memahami apa itu Kerajaan Allah, menurut Rasul Paulus : “Kerajaan Allah itu bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan suka-cita dalam Roh Kudus”. Menurut Kisah Para Rasul, Kerajaan Allah adalah hidup bersama di dalam persekutuan dan persaudaraan yang berpusat pada ekaristi. Dan hidup persaudaraan dan persekutuan yang berpusat pada ekaristi itu, berbuah di dalam kerelaan berbagi, sehingga digambarkan dalam Kisah Para Rasul : “tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka”.

Maka kalau Gereja kita, diakui, dipercaya sebagai tanda kehadiran Kerajaan Allah yang hidup di dalam Kisah Para Rasul itu, mesti menjadi pedoman kita. Gereja, kita semua mesti semakin beriman, semakin bersaudara, semakin berbela rasa. Saling membantu, peduli pada sesama terutama yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel. Dan ketika Gereja kita itu di mana pun Gereja berada, bertumbuh di dalam dinamika itu kita boleh yakin, bahwa kehadiran Gereja adalah tanda dan wujud kehadiran Kerajaan Allah.

Renungan Harian lainnya dapat dibaca di Sejenak Eling

Related Post :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *