Karya misionaris
Seorang penerbang datang kepada kami beberapa hari lalu. Ia mengenakan pakaian tempur, dan tampak garis-garis kelelahan di wajahnya. Dia berbicara tentang perang seperti yang dialaminya; tentang pesawat tempur yang dihancurkan di udara, tentang kelaparan dan panas, dan ancaman kematian yang terus-menerus. Sekarang, setelah cuti singkat, dia harus kembali ke medan pertempuran.
Katanya, “Jika saya tidak kembali, saya akan meninggalkan pesan agar anda teruskan. Saya sudah melihat orang membunuh orang tapi memenangkan pertempuran. Tidak akan ada kemenangan kecuali kita memberi kesadaran kepada musuh tentang kebenaran.”
“Semua orang Kristen, kita semua, telah membiarkan peperangan ini terjadi. Kita telah menyimpan kebenaran untuk diri kita sendiri, dan membiarkan bagian lain dari dunia menderita penyakit yang sekarang menyerang kita. Kita bisa saja mengalahkan penyakit ini dengan kekuatan, menaklukkannya; tapi dalam masa-masa mendatang, penyakit itu akan muncul lagi, karena akarnya masih ada di sana. Para misionaris harus memenangkan pertempuran melawan kejahatan yang ada di dalam pikiran manusia.”
“Hal ini sangat saya yakini, sehingga saya bisa katakan bahwa, seandainya saya bisa kembali lagi, saya akan menjadi misionaris. Kirimlah saya ke seluruh dunia untuk melakukan karya ini. Pasti ada anak laki-laki yang terlalu muda untuk bertempur, yang pasti bersedia memberikan hidup mereka untuk karya ini, jika mereka memahami betapa mendesaknya karya ini. Beritahu mereka bahwa kita telah melakukan, dan sedang melakukan peran kita. Tugas merekalah untuk menyelesaikan pekerjaan itu.”
***
Pesan Yesus kepada para murid-Nya jelas dan tegas : “Barang siapa ingin mencapai hidup abadi, ia harus menyangkal diri, memikul salibnya dan mengikuti Aku.” Kita harus membiasakan diri dengan semua bentuk penyangkalan diri dan kesabaran. Inilah persiapan untuk menjalani kesempurnaan kristiani. Menjadi sempurna ketika kita menjalani kehidupan yang penuh penyangkalan diri, mati raga, dan mampu melihat bahwa barang duniawi adalah sarana bukan tujuan. Dalam perjalanan kehidupan ini, kita pasti menjumpai dan mengalami peristiwa salib. Namun, jangan takut! Tuhan sendiri telah menunjukkan dan bersolider dengan kita : Ia memikul dan mati di salib. Bukan karena dosa-dosa-Nya sendiri, melainkan karena kasih-Nya yang sempurna kepada kita. Kita pun diundang untuk mengambil bagian dalam jalan salib Tuhan dengan tabah dan penuh iman memikul salib-salib kita sendiri.
Renungan Harian lainnya dapat dibaca di Sejenak Eling