Seorang pria tua yang tinggal sendirian di rumahnya mengeluh kepada seorang tetangga wanita bahwa pandangannya semakin kabur dan berkata bahwa pada saat dia melihat keluar jendela rumahnya, dia tidak lagi dapat melihat indahnya dunia.
Wanita tersebut menemukan bahwa kaca-kaca jendela rumahnya penuh dengan tumpukan debu dan kotoran. Dia kemudian membersihkan kaca-kaca jendela tersebut dengan sabun dan air.
Pria tua itu sangat senang ketika dia tahu bahwa dia dapat melihat keadaan dengan sangat jelas.
“Yang menjadi kabur itu bukan pandangan mata anda,” kata wanita itu kepadanya, “Anda membiarkan jendela rumah Anda kotor tertutup debu.”
Kita tidak pernah boleh membiarkan jendela jiwa kita tertutup debu dan kotoran. Kita tidak boleh kehilangan pandangan akan Allah, dan kita harus menyalakan cahaya-cahaya kecil cinta dan memberikan pelayanan ke mana saja kita pergi.
***
Pernah merasakan listrik padam pada malam hari? Apa yang kita rasakan ketika listrik di rumah kita padam? Tentu saja gelap gulita dan tidak bisa melihat apapun yang ada di sekitar kita. Dan suasana pun terasa mencekam, penuh ketidakpastian, ditambah suara-suara binatang dan serangga malam yang membuat suasana menjadi merisaukan. Begitu juga ketika kita masih hidup dalam dosa, kita tidak bisa membedakan yang baik dan jahat atau yang benar dan salah. Kita bisa hanya bisa berjalan dengan meraba-raba dan ketika kita berjalan pun kita harus memakai tongkat.
Atau sebuah pengalaman lain, ketika mengunjungi dan memasuki salah satu gua yang terletak di daerah pegunungan di Jawa Tengah. Kami diinformasikan oleh pemandu wisata lokal, bahwa gua ini adalah salah satu gua terpanjang dan terdalam. Di gua ini saat itu, masih tergolong asri dan alami, kami melihat banyak kelelawar dan burung malam yang mengagumkan serta beragam bentuk batu stalagmit dan stalagtit yang menarik, juga ada sungai kecil yang mengalir dalam gua. Awalnya perjalanan sangat menarik dan mengasyikan akan tetapi lama-kelamaan, kegelapan gua itu membuat saya gelisah—terasa begitu mencekam. Saya merasa sangat lega ketika kami tiba kembali ke mulut gua dan melihat terang cahaya matahari.
Pengalaman tersebut menjadi pengingat yang sangat jelas tentang betapa menakutkannya kegelapan itu dan betapa kita begitu membutuhkan terang. Kita hidup di dalam dunia yang digelapkan oleh dosa—suatu dunia yang menentang Penciptanya. Dan kita memerlukan Terang itu.
Yesus datang ke dalam dunia untuk memulihkan seluruh ciptaan—termasuk umat manusia—pada maksudnya yang semula, dan Dia menyebut diri-Nya sebagai “terang” (Yoh. 8:12). Yesus berkata, “Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan” (12:46).
Di dalam Yesus, kita tidak saja memiliki terang keselamatan, tetapi juga satu-satunya terang yang dapat menuntun kita ke jalan yang harus kita tempuh—jalan-Nya—di tengah gelapnya dunia kita.
Renungan Harian lainnya dapat dibaca di Sejenak Eling