Kisah ini diceritakan oleh seorang penumpang yang mengalami peristiwa di kapal yang menghadapi badai.
Suatu hari ada badai menerpa kapal penumpang di suatu pantai karang. Angin dan ombak terasa hendak menghancurkan kapal itu.
Di tengah kepanikan, seorang penumpang yang berani, mengabaikan perintah dan berjalan menuju ruang Kapten kapal. Di sana dia melihat pemandangan yang mengesankan; Kapten kapal itu bergerak cepat dan cekatan ke posisinya. Aman dari bahaya, dia memegang kemudi dengan erat, membelokkan kapal sedikit demi sedikit ke laut. Kapten kapal itu kemudian melihat penumpang yang memandanginya itu, dan dia terus tersenyum.
Penumpang yang berani itu kembali ke deknya, di mana banyak penumpang lain berkumpul.
Dia berkata memberi keberanian, “Saya sudah melihat Kapten kapal ini, dan dia tersenyum. Semuanya beres.”
***
Kesombongan diri tidak pernah akan menjadikan kita orang yang memahami hikmat Allah. Kisah orang tua dari anak yang sakit dalam bacaan Injil hari ini menjelaskan hal tersebut. Kenapa para murid tidak bisa menyembuhkan? Bukan karena para murid tidak mampu, melainkan karena orang tua si sakit tidak percaya. Ketika Yesus bertanya apakah engkau percaya dan ia mengiyakan, maka lewat iman seperti itu hikmat Allah dalam diri Yesus makin nyata. Bagi Yesus hikmah itu bersumber dari pengalaman kerendahan hati di mana kita diajak selalu hidup dalam doa. Hidup dalam doa tidak lain adalah bagaimana kita membiarkan Allah bermegah dalam diri kita. Dan ketika Tuhan sudah berkarya, semuanya beres.
Renungan Harian lainnya dapat dibaca di Sejenak Eling