Allah Yang Mau Turun
Pada malam hari ini kita merayakan keberanian Allah dan kebersamaan, keagungan-Nya, di mana Ia memilih tinggal bersama manusia. Kita tahu siapa manusia, kita tahu siapa dirimu, kita tahu siapa saya. Bahwa kita sering kali lebih banyak membuat Allah murka, daripada membuat Allah senang sama kita. Dan sering kita, lebih banyak membuat Allah sedih daripada bergembira, dan seringkali kita membuat Allah marah daripada bersuka-cita dan bergembira oleh karena sikap-sikap dan perilaku kita. Dan bahkan Allah pun juga banyak cemburu kepada kita, oleh karena kita lebih menyembah dan lebih percaya kepada ilah- ilah lain, daripada hanya memandang Allah saja.
Dan itulah yang kita bisa dengar dalam kisah Perjanjian Lama, di mana Allah yang masih digambarkan dengan sangat “manusiawi”. Allah itu kadang marah, Allah kadang cemburu, Allah itu kadang sedih, Allah itu juga kadang murka, dengan apa yang dilakukan oleh umat pilihan-Nya, yang harapannya mereka setia pada janjinya. Namun bangsa pilihan ini sudah berlaku tidak setia.
Akan tetapi pada malam hari ini merubah itu semua, di mana pada malam ini kita merenungkan bahwa Allah ternyata lebih memilih tinggal dengan manusia dan menjadi bagian dalam sejarah kehidupan kita. Di mana Ia mau tinggal dan juga mengenal kita, dengan cara Yesus lahir di tengah-tengah kita. Dialah Allah yang sungguh lahir di dalam kesederhanaan palungan. Dan ternyata keagungan dan kemuliaan-Nya itu tidak berkurang sedikitpun, walaupun Ia mau turun menjadi setara dengan manusia. Bahkan kemuliaan-Nya tetap terpancar dan bergema damai di seluruh bumi, seperti kisahnya yang kita dengar dalam bacaan Injil dimana kemuliaan Allah, malaikat-malaikat itu menyanyikan kemuliaan Allah oleh karena mereka para malaikat memuji keagungan Allah, di mana Allah berkenan hadir di tengah-tengah keraguan, di tengah-tengah kelemahan, dan juga di tengah-tengah segala hal manusia yang sering kali mudah, cenderung untuk melakukan dosa. Kemuliaan Tuhan tetap utuh, di mana waktu Dia menjadi “Manusia” dan mau tinggal di antara kita dan nampak serupanya itu, ketika Dia lahir di tengah-tengah kita para malaikat memuji dan memuliakan Allah, dengan menyanyikan lagu kemuliaan.
Masih segar dalam ingatan kita pada awal Desember kemarin, kita pernah dan juga ikut menyaksikan perlombaan Sea Games 2019 yang menjadi tuan rumah adalah Filipina. Salah satu peristiwa yang menarik dan juga heroik dari perlombaan Sea Games ini adalah di satu cabang perlombaan Selancar air, di mana pada waktu itu tepat pada hari jumat tanggal 6 Desember 2019, aksi luar biasa diperlihatkan oleh atlit peselancar profesional asal Filipina; Roger Casugay, atau anda sudah pernah melihat itu karena viral di media sosial instagram, facebook dan sebagainya. Karena aksinya ini dimana Roger mau menyelamatkan lawannya, rivalnya peselancar yang berasal dari Indonesia yaitu Arif Nur Hidayat. Dimana aksi Roger Casugay ini, merupakan persaingan memperebutkan medali emas, dan dia menyelamatkan lawannya ini dalam ajang Sea Games tersebut. Kalau kita perhatikan dalam perlombaan itu sejak awal antara Roger dan Arif ini, sudah bersaing ketat! Tetapi ketika memasuki menit ke 18, tali kekang yang dikenakan Arif ini lepas dan peselancar Indonesia ini tersapu ombak dan ombaknya ini setinggi 3 meter. Maka ketika Roger melihat insiden itu, lalu dia menyelamatkan Arif yang tenggelam karena tergulung ombak itu. Roger Casugay melupakan persaingan perebutan emas, meski telah unggul angka atas Arif dan tinggal selangkah emas itu sudah di depan mata, tetapi ia lebih memilih berbalik untuk menyelamatkan Arif yang tergulung ombak dan pasti kalau tidak ditolong dia akan mati tergulung ombak. Dimana Roger lebih memilih berbalik untuk menyelamatkan Arif. Dia terjun dari papan selancarnya dan menarik Arif yang tergulung ombak dan kemudian berbagi papan selancar dengan Arif Nur Hidayat.
Ketika sampai di darat, ini peristiwa yang menarik! Ketika sampai di darat, Arif seketika itu juga mengangkat tangannya si Roger, dan menyatakan bahwa atlet dari Filipina inilah yang menjadi juaranya. Walau pun pada waktu itu tidak mendapatkan emas, tetapi banyak orang yang memuji sikap yang ditunjukkan oleh Roger ini. Kita tahu, bahwa setiap atlet pasti akan mengincar emas karena emas itu melambangkan kemuliaan dan namanya akan tetap diingat. Tetapi kalau kita lihat di sini, atlet selancar dari Filipina ini lebih memilih melepas kesempatan meraih emas yang sudah di depan mata, di mana atlet Indonesia yang terjatuh dan tergulung ombak.
Dan kita lihat di sini ternyata ada nilai yang lebih penting daripada kemilau Emas, di mana Roger tidak membuat kilau emas itu membutakannya, tetapi ada nilai yang lebih tinggi yang dijunjungnya yaitu nilai kemanusiaan. Dan kalau kita lihat dalam berita terakhir, Roger juga mendapat penghargaan atlit sportif atau “fair play” atlet di Sea Games atas upayanya yang membantu menyelamatkan peselancar Indonesia ini.
Itulah gambaran Allah yang kita rayakan pada malam hari ini, di mana sama seperti kisah Roger Casugay, peselancar dari Filipina yang mau turun dari selancarnya, mengabaikan emas yang kemungkinan yang bisa diraihnya demi menolong lawannya atlet yang terjatuh tergulung ombak ganas dan berbagi papan selancarnya. Demikianlah, yang kita imani pada malam hari ini, di mana Allah yang mahatinggi, penuh kemuliaan mau turun dan bahkan Ia juga ingin mengalami pergulatan hidup manusia, yang kadang kala tergulung ombak dosa dan kelemahan, dengan mau turun menjadi manusia dan menjadi bagian dalam sejarah manusia. Ternyata Allah juga tidak kehilangan kemuliaannya dan juga keagungannya justru keagungan dan kemuliaan Allah itu nampak dalam sikap kepeduliaan-Nya mengajak kita, mengingatkan kita, supaya kita mau bertobat dan berjuang untuk hidup baik. Kepedulian Roger, dia mau turun dan terjun menyelamatkan lawannya di mana profesionalitas dan karunianya sebagai peselancar tidak hilang, tetapi justru menampakkan kemuliaannya lewat profesionalitasnya, lewat keahliannya dalam selancar itu, karena apa? karena mau menyelamatkan nyawa, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, sekalipun itu adalah hanyalah lawannya.
Rela kehilangan emas, demi menolong atlet Indonesia
Oleh karena itu saudara-saudariku yang dikasihi Tuhan; sukacita Natal malam hari ini, yang kita rayakan akan menjadi milik kita bila kelahiran-Nya yang kita rayakan ini, memiliki daya ubah bagi hidup kita. Kita oleh karena kelahiran ini semoga ego kita, segala kekurangan-kekurangan yang kita miliki mulai terkikis oleh karena kelahiran Yesus Kristus Tuhan kita. Agar kita semakin peka dan juga mau memberikan diri kepada sesama. Sukacita natal akan menjadi milik kita, bila kita berlaku pengharapan walaupun banyak masalah yang belum terpecahkan. Sukacita natal akan menjadi milik kita, oleh karena sukacita natal itu menguatkan tiap langkah di tengah beratnya beban hidup ini dan sukacita natal itu akan menjadi milik kita, oleh karena kita mau menjadi terang di tengah gelapnya kebencian, pekatnya pembodohan. Dan sukacita natal itu akhirnya menjadi milik kita, bila kita juga mau menjadi sahabat bagi semua orang.
Itulah tema yang diangkat dalam tema natal PGI dan KWI, bahwa Hidup menjadi Sahabat bagi yang lain. Semoga oleh karena perayaan natal yang kita rayakan pada malam hari ini, semakin menumbuhkan kepekaan kita, kepekaan kita untuk memulihkan kemanusiaan kita, yang kadang suram, yang kadang tertutupi oleh karena keegoan dan juga karena keinginan-keinginan teori kita, mengundang oleh karena perayaan natal ini semakin menguatkan kita untuk memilih yang baik, memperjuangkan yang benar, dan juga berlaku seperti apa yang diharapkan Tuhan, dan semoga suka-cita dalam diri kita menjadi kekuatan kita, untuk tetap mengangkat di dalam setiap perjuangan hidup kita tiap hari.
Berkat Tuhan menyertai kita sekalian. Amin
Romo Nugie SCJ
24 Desember 2019